Bisnis.com, JAKARTA – Iklan video kampanye terbaru pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mendapat kritik.
Pasalnya, video itu disebut menyindir profesi arsitek, juga profesi mandiri yang sudah banyak digeluti generasi milenial, dan dianggap merendahkan profesi arsitek sekaligus gagal melihat perkembangan dunia kerja saat ini.
Iklan sepanjang 1 menit itu berjudul “Indonesia Bergerak Bersama Gerindra & Rakyat: Sarjana Kerja Kerja Kerja!” dan sudah tayang di channel Youtube Partai Gerindra. Iklan itu intinya adalah mencari kerja sebagai karyawan, walau dengan gelar sarjana arsitek, ternyata sangat susah.
Ahmad Djuhara Ketum Ikatan Arsitek Indonesia, menilai, ada ada bias dari iklan kampanye ini tentang profesi arsitek yang perlu diluruskan. Pasalnya, dalam iklan kampanye tersebut, memberi pesan: cari kerja susah dan jadi arsitek susah.
Padahal, saat ini, profesi arsitek sekarang lebih didorong untuk bekerja mandiri, self-employed sebagai entrepreneur, masuk dunia kreatif, tidak sama seperti pekerjaan lain.
Menurutnya, Gerindra telah salah menyampaikan pesan ke masyarakat, salah dalam melihat profesi arsitek.
“Bagaimana pun situasinya, Partai Gerindra sebaiknya ikut membangun profesi, vokasi dan okupasi apa pun di Indonesia dengan nada yang optimistik & positif,” ujar Djuhara, seperti disampaikan dalam akun twitter pribadinya, dikutip Rabu (19/12/2018).
Ia menegaskan, arsitek adalah profesi dan bukan hanya sekedar pekerjaan atau okupasi, serta bukan vokasi. Apalagi, dengan UU 6/2017, maka Arsitek adalah profesi yang diregulasi negara yang berkekuatan & berkonsekuensi hukum.
Sementara itu, pengamat Komunikasi dari Univeritas Bung Karno Cecep Handoko (Ceko) menilai, video kampanye Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang menyindir profesi arsitek, juga profesi mandiri yang sudah banyak digeluti generasi milenial, terkesan menakut-nakuti para pemuda yang baru lulus atau pun belum lulus kuliah.
“Secara keseluruhan konsep kampanye tim Prabowo cenderung menakuti dan menanamkan pesimisme masyarakat,” kata Ceko.
Dia menilai, tim dari kubu Prabowo-Sandi terus-menerus menebar pesan yang cenderung mengajak publik untuk pesimistis. Terlebih, dalam video tersebut terkesan ‘merendahkan’ profesi tertentu.
“Menanamkan jiwa pesimis pada generasi muda, tim Prabowo enggak tahu kalau sekarang para konglomerat dunia didominasi oleh orang-orang yang mampu memanfaatkan teknologi sebut saja Jack Ma, Mark Zukenberg dan sederet nama lainnya,” kata dia.
Menurut Ceko, ada bagian lain yang secara tidak langsung menjelaskan bahwa itu karekter Prabowo yang sebenarnya, yakni gagal berkali-kali jadi presiden, juga tidak mau bergerak maju melihat dunia profesi dan pekerjaan yang berubah.
“Sama seperti isi iklan itu, seorang sarjana arsitek yang belum mendapat kerjaan dan menggap kerjaan lain tidak pantas karena tidak sesuai dengan cita-cita bapaknya. Belum lagi di situ kok kayak ada kesan menghina pekerjaan sebagai fotografer,” ujar dia.
Diera digital seperti saat ini, katanya, peluang usaha dari berbagai sektor terbuka lebar. Baik itu dari menempatkan posisi pekerja ataupun wirausaha.
“Pertama era digital berpengaruh pada besaran modal usaha kalau anak muda kreatif dia punya peluang untuk berwirausaha meski tidak mempunyai modal besar,” katanya.