Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas di Sumatra Tertekan, Elektabilitas Jokowi Terpengaruh?

Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo, menafsirkan tertekannya beberapa harga komoditasi di Sumatra turut memengaruhi elektabilitasnya di Pulau Andalas.
Ilustrasi: Presiden Joko Widodo (tengah) berbincang dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri) dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono (kanan) saat pembukaan Indonesia Palm Oil Conference 2018 and 2019 Price Outlook (IPOC 2018) di Nusa Dua, Bali, Senin (29/10/2018)./ANTARA-Fikri Yusuf
Ilustrasi: Presiden Joko Widodo (tengah) berbincang dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri) dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono (kanan) saat pembukaan Indonesia Palm Oil Conference 2018 and 2019 Price Outlook (IPOC 2018) di Nusa Dua, Bali, Senin (29/10/2018)./ANTARA-Fikri Yusuf

Bisnis.com, JAMBI--Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo, menafsirkan tertekannya beberapa harga komoditasi di Sumatra turut memengaruhi elektabilitasnya di Pulau Andalas.

Hal itu disampaikan saat menyampaikan sambutan dalam pengarahan Tim Kampanye Daerah (TKD) provinsi Jambi, Minggu sore (16/12/2018).

Terkait harga komoditas, khususnya kelapa sawit, karet, ataupun kepala, Jokowi mengaku tidak dapat mengontrolnya. Terutama karena harga komoditas ditentukan oleh kondisi pasar global.

"Pemerintah tidak mungkin menguasai pasar global karena itu mekanisme pasar, saya berikan contoh misalnya sawit di Uni Eropa kita tidak diterima," tuturnya.

Jokowi enggan dianggap lepas tangan, tetapi dinamika pasar global tidak bisa diintervensi pemerintah. Untuk itu, sejauh ini, pihaknya telah berupaya untuk mendongkrak terserapnya produksi komoditas nasional, dapat terjadi.

Sebut saja seperti permintaan Indonesia ke China untuk menyerap 500.000 ton CPO dari Indonesia. Belum lagi soal implementasi perluasan mandatori B20.

"Ini sebenarnya urusan bisnis, terus kita mau apa?" Ungkapnya.

Anggapan bahwa pemerintah tidak mengerti akar persoalan pun ditampik Jokowi. Dalam penyerahan sertifikat Perhutanan Sosial, Jokowi pun menyinggung para petani yang masih memiliki harapan membuka perkebunan sawit.

"Produksi CPO kita terlalu besar, kita punya perkebunan 13 juta hektar, produksi 42 juta ton. Bayangkan 10 juta truk, banyak sekali. Begitu ada problem ekonomi global kita juga terimbas," ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper