Kabar24.com, JAKARTA — Karakteristik Orde Baru dinilai saat ini masih ada dan terdapat di dua kubu yang menjadi peserta kontestasi Pemilihan Presiden 2019, yaitu pendukung calon presiden petahana Joko Widodo dan penantangnya Prabowo Subianto.
Menurut Peneliti Utama LIPI Hermawan Sulistyo, karakteristik itu tak serta-merta hilang pascatumbangnya rezim Soeharto setelah reformasi 1998. Sebabnya, peristiwa bersejarah itu hanya menghendaki pergantian presiden.
Di sisi lain, pemerintahan setelah 1998 masih diisi oleh orang-orang yang sama dari lingkup rezim yang berkuasa sekitar 32 tahun tersebut. Oleh karena itu, Hermawan menilai wajar jika pada kampanye menyambut pemilu presiden 2019 tema Orde Baru kembali dihadirkan.
"Kalau itu direpriduksi menjadi tema kampanye seperti sekarang wajar-wajar saja karena memang tidak berganti," katanya di sela-sela acara diskusi bertema Orba Dalam Pilpres yang dihelat oleh lembaga yang sering menyoroti isu-isu demokrasi, Populi Center, Kamis (6/12/2018).
Adapun pemunculan tema diskusi tersebut bukan tanpa alasan. Saat ini hadir Partai Berkarya yang dimotori anak-anak Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Partai tersebut merapat ke kubu Prabowo Subianto dengan menggadang isu nostalgia kejayaan Soeharto seperti kedaulatan pangan.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto mengatakan ada tiga sifat Orde Baru yang masih ada dan harus dihilangkan. Yaitu kartel kekuasaan, KKN atau korupsi, kolusi dan nepotisme serta otoritarianisme.
Dia menilai, dengan hadirnya ketiga karakter itu dalam pemerintahan, maka reformasi belum berjalan sepenuhnya. Oleh karenanya, dia menekankan karakteristik Orde Baru masih ada di dua kubu calon presiden.
"Hanya beda perspektif, tidak bisa dikatakan satu ini orba dan yang satunya bukan orba," ujarnya.