Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena saling lapor dan melaporkan menjadi tren belakangan ini dalam musim politik yang sedang melanda Indonesia, politik dengan beradu gagasan menjadi barang langka.
Arsul Sani, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin menyebut hal tersebut terjadi karena adanya celah yang membuat terjadinya diskursus liar.
Lebih jauh, Arsul menjelaskan, diskursus liar tersebut datang melalui celah yang hadir dari narasi-narasi besar yang dilontarkan tanpa diikuti dengan program aksi kedepannya, sehingga akan menimbulkan tafsir yang berbeda-beda antar kedua pendukung.
“Contohnya Prabowo bilang akan menghentikan impor kalau terpilih, nah ini kan narasi besar, ketika itu tidak diikuti dengan aksi. Dia bilang tidak mau impor energi 1,3 juta barel (minyak),” ujarnya di Rumah Cemara 19, Jakarta, Rabu (7/11/2018).
“Ini kan yg harus dijelaskan, sepanjang itunya (narasinya) tidak dijelaskan, maka kemudian diskursusnya jadi liar. Coba kalau dijelaskan aksinya, akan terbatas di diskursus itu,” lanjutnya.
Menurutnya, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elit politik untuk menata kembali proses berpolitik dalam menyampaikan narasi-narasi positif kepada masyarakat.
“Mestinya begitu (kampanye positif), kalau menurut saya, tapi kalau hanya berhenti di narasi besar (tidak bisa). Kalau narasi besar itu kan pendukung masing-masing menerjemahkan sendiri dan yang sini akan menyauti,” pungkasnya.