Bisnis.com, JAKARTA -- Para seniman pop art Indonesia-Inggris mengampanyekan karya seni tentang kesehatan mental melalui Festival Bebas Batas UK/ID pada 11 Oktober 2018 mendatang melalui sebuah film.
Seniman pop art asal Indonesia, Hana Alfikih alias Hana Madness, pendiri Art Brut Indonesia menceritakan pengalaman dia bersama seniman asal Inggris, James 'The Vacuum Cleaner' mengumpulkan narasi penderita kesehatan mental untuk dijadikan film.
"Aku datang ke UK Juni lalu, disana James memperkenalkan aku dengan praktisi UK, seniman, dan aktivis dari UK yang punya isu yang sama," kata Hana di Hotel Morrisey, Selasa (9/10/2018).
Hana mengisahkan ide Festival Bebas Batas adalah sejak September 2016, Hana menjadi salah satu delegasi Indonesia untuk Unlimited Festival di London bersama Annisa Rahmania.
Annisa merupakan aktivis dari Leonard Cheshire Disability (LCD) Young Voices of Indonesia yang terlahif sebagai tuna rungu. Setelah pengalaman itu Hana mendapat inspirasi ingin membuat festival sejenis di Indonesia.
"Hingga British Council punya pendanaan seniman ada funding, Mbak Irma encourage saya untuk apply jadi lo harus cari cooperator. Jadi saya langsung apply, satu hari sebelum penutupan dan aku coba ke semua LSM disability, dan menemukan nama James The Vacuum Cleaner, dan respon dia bagus," kenang Hana.
Baca Juga
Hana menilai dia dan James cocok bekerjasama karena memiliki latar belakang yang sama sebagai seorang seniman dan penyintas kesehatan mental.
Hana dan James menginisiasi komunitas bernama Istana Komunitas Sehat Jiwa (KSJ) bagi para penyintas mental health, misalnya para penyintas skizofernia.
Keduanya lantas melakukan penelitian dan menghasilkan art video berdurasi 15 menit tentang pasung di Cianjur, Jawa Barat. Selain film, Hana dan James juga membuat karya seni instalasi.
"Memang fokus kami adalah permasalahan pasung yang terjadi di Cianjur, banyak mereka yang dipasung entah kaki atau tangan oleh keluarganya sendiri," tutur Hana
Dengan karya ini Hana mencoba membebaskan penyintas mental health yang dipasung. Dia mengangkat fenomena itu dalam sebuah art film yang akan ditampilkan dalam Festival Bebas Batas.
Hana memastikan pada art film ini tidak akan menampikan kesedihan. Sebaliknya, yang masuk ke film adalah penyintas yang sudah bisa bersosialisasi dan berkomunikasi.
"Ada Pak Salim yang sudah 6 kali mengalami pemasungan di kakinya, pas diwawancarai ada banyak trauma. Kita berharap through art we can help mental health," sambungnya.
Selepas Festival Bebas Batas ini, Hana dan Art Burt Indonesia akan menampilkan karya mereka pada Oktober-November di Munich dan Bremen, Jerman.
Hana sendiri pernah didiagnosa mengalami gangguan bipolar dan awal skizofrenia. Sementara James The Vacuum Cleaner pernah didiagnosa mengalami gangguan anxiety disorder. James juga pernah menggelandang dan diurus oleh dinas sosial di UK.
"Sekarang karena ada Festival Bebas Batas kita jadi tahu juga teman-teman mana yang potensial jadi seniman. Jadi kita dorong dengan disabilitas ingin berkarya kamu harus ciptakan karya yang bisa diapresiasi. Jangan disabilitas lalu harus dikasihani," terang Hana.