Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menumbuhkan Minat Baca Anak Di Tengah Kepungan Gadget

Sayangnya, banyak orang tua yang justeru lebih dulu memperkenalkan gawai kepada buah hatinya karena merasa proses pembelajarannya lebih mudah, terlebih banyak anak yang duduk ‘anteng’ ketika diberikan gawai.
Anak-anak membaca buku di sebuah perpustakaan/JIBI-Wahyu Darmawan
Anak-anak membaca buku di sebuah perpustakaan/JIBI-Wahyu Darmawan

Menumbuhkan minat baca kepada anak sedari dini sangat penting untuk membantu perkembangan daya pikir dan imajinasinya. Apalagi pada usia 0 hingga 2 tahun atau yang sering disebut sebagai masa keemasan, di saat ini neuron atau sel-sel saraf otak anak berkembang paling pesat sehingga harus diisi dengan berbagai informasi dan stimulasi.

Sayangnya, banyak orang tua yang justeru lebih dulu memperkenalkan gawai kepada buah hatinya karena merasa proses pembelajarannya lebih mudah, terlebih banyak anak yang duduk ‘anteng’ ketika diberikan gawai.

Psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi mengatakan anak usia 0 hingga 2 tahun belum seharusnya terpapar gawai. Menurutnya, dari berbagai penelitian ditemukan bahwa tontonan berupa gambar bergerak dari gawai atau layar justru akan mengacaukan kemampuan sensorik anak-anak yang belum siap secara sensorik dan visual.

“Dampaknya akan membuat anak lebih mudah kehilangan konsentrasi, menjadi kurang fokus, dan matanya menjadi lelah karena melihat gambar yang terlalu cepat bergerak,” ujarnya.

Menurutnya akan lebih baik jika orang tua menstimulasi anak dengan membacakan buku cerita atau dongeng. Karena hal tersebut akan membuat sinaps atau jaringan antar sel otak anak semakin berkembang pesat.

Sejalan dengan banyaknya sinaps maka akan semakin banyak pula akson dan sel saraf yang terhubung sehingga otak anak akan menjadi lebih padat dan berisi karena informasi akan mengalir di antara keduanya.

“Membaca buku ini seperti connecting the brains. Karena di saat bayi baru lahir sinaps pasti masih jarang-jarang karena informasi yang didapatkannya masih sedikit,” ujarnya.  

Pada masa 0—2 tahun sinaps berkembang dan jadi tugas orang tua memperbanyak sinaps di otak anak. Membacakan dongeng, selain dapat mempererat bonding, juga akan membuat anak merekam ekspresi dan kosakata sehingga melatih kemampuan bicara anak.

Ratih mengatakan ketika orang tua membiarkan anak terpapar gawai yang terjadi sinaps di otak anak justeru akan terputus.

Gawai memang memberikan informasi tetapi tidak membentuk sinaps sehingga sewaktu-waktu anak akan lupa dengan informasi itu, sedangkan buku membentuk sinaps yang membuat anak lebih mudah mengingat dan merekam apa yang dilihat, dirasa, dan didengar.

Agar anak senang membaca buku, orang tua harus cerdas dan kreatif menjadikan waktu membaca sebagai kegiatan yang mengasyikkan bagi anak. Pilihlah buku-buku cerita bergambar dengan tema-tema yang menarik, lalu bacakan dengan suara nyaring, serta intonasi dan ekspresi yang menyenangkan

“Orang tua juga dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui cerita dan contoh-contoh dari tokoh yang ada di cerita tersebut,” tuturnya.

Setelah anak mulai bisa membaca, biarkan anak membacakan cerita yang ada di buku tersebut. Tidak perlu harus bisa membaca tulisan, ketika anak dapat merangkai cerita dari gambar-gambar yang ada di buku, itu jauh lebih kreatif daripada membaca kalimat yang ada di buku karena di situ imajinasi anak berkembang.

Penyebab Kaum Milenial Malas Berasuransi

SEDINI MUNGKIN

Sementara itu, psikolog Tiga Generasi Anastasia Satriyo mengatakan untuk membuat anak senang membaca, orang tua dapat memulainya dari hal sederhana dan sedini mungkin, bahkan sejak bayi baru lahir.

Buku bayi yang didesain dengan warna menarik dan tekstur yang terbuat dari kain dapat melatih indra penglihatan dan peraba anak. Menurutnya, ketika anak semakin banyak mengenal tekstur maka akan membantu kemampuannya beradaptasi dan bersosialisasi.

Orang tua juga dapat memperkenalkannya berbagai emosi dengan membacakan dongeng dan buku cerita menggunakan intonasi mengikuti suara dan ekspresi dari tokoh yang diceritakan. Hal ini penting dilakukan agar anak mengetahui emosi apa yang dirasakannya sehingga dapat menghindarinya dari tantrum

“Melalui kegiatan membaca anak dapat mengenal berbagai emosi, berbagai informasi, dan membantu melatih daya pikir dan daya ingat anak, selain mempererat hubungan emosi antara orangtua dan anak,” tuturnya.

Menurutnya, orang tua juga tidak perlu menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu keharusan yang dipaksa, jadikan ini sebagai hal yang menyenangkan. Waktunya pun tidak terbatas hanya saat akan tidur saja,  tetapi bisa dilakukan di berbagai kesempatan. Namun, yang perlu diperhatikan orang tua harus dapat memilih bacaan sesuai kemampuan konsentrasi anak.

“Biasanya konsentrasi anak itu 2 hingga 3 kali dari usianya. Jadi kalau anak usia 2 hingga 3 tahun maka dia hanya akan focus selama 4 sampai 6 menit. Jadi carilah buku cerita yang tidak terlalu panjang,” ujarnya.

Perusahaan Indonesia Bangun Stadion di Pasifik Selatan

Jika anak sudah mulai bisa membaca dan mengerti apa yang diinginkannya, orang tua dapat mengajaknya ke toko buku atau perpustakaan, lalu biarkan dia memilih buku yang sesuai dengan keinginannya.

Senada disampaikan psikolog anak dari Yayasan Bhakti Asdhira Nyi Mas Diane yang mengatakan bahwa kegiatan membaca harus dilakukan dalam suasana yang hangat, akrab, aman dan nyaman.

Ketika membacakan buku, orang tua dapat memangku atau merangkul serta bacakan dengan intonasi yang ekspresif, dan antusias sehingga anak akan merasa senang dan selalu menunggu-nunggu saat membaca.

“Berikan topik yang disukai anak terlebih dahulu lalu kaitkan dengan pengetahuan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan,” ujarnya.

Setelah selesai membacakan, pancing anak untuk menceritakan kembali apa yang dipahaminya dengan gaya bahasa sendiri. Hal ini penting untuk melatih pemahaman anak terhadap buku yang dibaca. “Jangan lupa untuk memberikan penghargaan atas usahanya sehingga anak akan semakin bersemangat.”

Orang tua juga dapat mengajak anak-anak ke tempat-tempat yang pernah diketahui melalui buku agar pengetahuan anak semakin luas. Misalnya ke kebun binatang, kebun raya, museum, sawah, pegunungan, dan lainnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dewi Andriani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper