Bisnis.com, LOMBOK - Warga Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok berinisiatif mendirikan tenda-tenda darurat di teras rumah dan pinggir jalan untuk menghindari reruntuhan rumah.
Nasri mengaku trauma melihat tembok-tembok rumah yang retak. Ketika gempa susulan yang terjadi pada 29 Juli 2018 dengan skala 6,4 SR, rumah yang awalnya nyaman ditinggali oleh Nasri, kini membuatnya menjadi was-was.
"Kami enggak berani masuk ke dalam rumah, karena semua tembok sudah retak-retak. Kalau dilihat dari luar rumah, kondisi bangunan memang tampak tidak apa-apa, tapi di bagian dalam, atap sudah roboh dan dinding retak-retak," ungkapnya, Sabtu (25/8/2018).
Nasri pun menunjukkan tangannya yang dalam berbalut perban. Dia mengaku tak lebih nyaman untuk tidur massal di tenda depan rumah. Tenda yang keluarga Nasri dirikan bisa dihuni sekitar 12 orang.
Satu tenda itu bisa dihuni sekitar 3 keturunan, mulai dari orang tua, anak serta menantu dan juga cucu. Di tengah kondisi seperti ini, Nasri masih bersyukur karena air bersih untuk dikonsumsi masih ada.
"Sumbangan kadang ada kadang enggak. Kalaupun ada, sumbangan sangat sedikit," katanya.
Aktivitas sehari-hari di Desa Sembalun Bumbung belum berjalan normal, sebab rumah yang sudah tidak kokoh akibat gempa tak dihuni. Hanya sebagian warga yang bertahan dan mendirikan tenda di depan rumah. Sedangkan sebagian penduduk Desa Sebalun Bumbung memilih untuk tidur di posko-posko penampungan.