Pendaftar Terakhir
Tepat sebelum masa penutupan pendaftaran pencalonan Pilwakot pada tanggal 10 Januari 2018, bersama kader Partai Gerindra Dedy Wahyudi, Helmi mendatangi KPU Kota Bengkulu. Helmi menjadi pendaftar terakhir dalam perhelatan pilkada tahun ini.
Menariknya, sebelum masuk ke KPU Kota Bengkulu, Helmi dan Dedy sempat dicegat oleh para kader Partai Demokrat yang secara tiba-tiba menyatakan dukungannya terhadap pasangan itu. Padahal, keduanya tidak pernah mengikuti proses seleksi calon wali kota/wakil wali kota di Partai Demokrat.
Partai Demokrat pun menyatakan dukungan dengan tulus, tanpa komitmen atau kompensasi apapun. Meski tak menghadiri hampir seluruh proses kampanye, seluruh pembangunan yang dilakukan Helmi Hasan selama dia menjabat sebagai wali kota periode 2013-2018 oleh publik seakan menjelma menjadi alat kampanye yang efektif.
Bila Presiden Joko Widodo gemar melalukan blusukan untuk menyerap aspirasi warga masyarakat, maka Helmi melakukan safari dari masjid ke masjid.
Salah satu program yang dia lakukan adalah salat berjamaah, lalu duduk bersama warga untuk mendengar keluh kesah dan mencarikan solusi berbagai permasalahan.
Dia bahkan tidak jarang membahas persoalan kota dengan perangkat pemerintahan yang diajak ketika melakukan safari.
Kepada penulis Helmi mengakui perbuatannya itulah yang membuat dia yakin tidak harus ikut kampanye.
“Saya percayakan saja kepada Allah karena semua itu sudah diatur. Kalau takdir saya terpilih maka saya terpilih,” ujar politisi PAN tersebut dengan nada meyakinkan.
Bahkan dia tercatat tidak melakukan kampanye hingga kampanye akbar sekalipun. Hanya saja, ada persoalan lain di kota ini selain pemenang pilkada yang tidak berkampanye. Tingkat golput atau mereka yang tidak ikut memilih ternyata sangat tinggi dibandingkan dengan di Makassar dan Padang yang mencapai rata-rata di atas 70%.
Pemilih yang tidak menggunakan suaranya pada Pilkada Kota Bengkulu 2018 diperkirakan sekitar 40% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT), menurut KPU setempat.