Bisnis.com, JAKARTA -- Rusia menyangkal tuduhan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang mendesak negara tersebut bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat MH17 milik Malaysia Airlines di Ukraina Timur pada 2014.
Penyidik internasional menemukan bahwa rudal yang menghantam pesawat MH17 adalah buatan militer Rusia.
Dalam pertemuan DK PBB soal Ukraina, Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok meminta Moskow menerima hasil penemuan bahwa pesawat Boeing 777 berpenumpang 298 orang itu ditembak jatuh oleh rudal BUK buatan Rusia. Rudal itu disediakan brigade yang bermarkas di Kota Kursk, Rusia.
"Bahasa 'ultimatum' bukanlah sesuatu yang boleh digunakan saat berbicara kepada Rusia," kata Duta Besar Vassily Nebenzia pada sidang DK PBB sebagaimana dikutip dari CNN, Rabu (30/5/2018).
"Kami tidak dapat menerima kesimpulan yang tak tak berdasar dari Tim Investigasi Gabungan yang dipimpin Belanda," tambahnya.
Seperti diketahui, jatuhnya pesawat tersebut menewaskan seluruh penumpang dan awaknya. Ketika itu, pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur dan jatuh setelah rudal menghantam pesawat yang melintasi wilayah yang dikuasai oleh pemberontak pro-Rusia di wilayah timur Ukraina pada Juli 2014.
Sebagian besar penumpang pesawat MH17 yang nahas itu berkewarganegaraan Belanda dan 11 diantaranya warga Indonesia.
Blok menyebut tak ada yang baru dalam argumen Nebenzia. Dia kembali mendesak Rusia untuk bekerja sama dengan Belanda dan Australia untuk mengidentifikasi para pelaku.
Duta Besar AS Nikki Haley menyuarakan dukungan kuat bagi Belanda dan Australia. Dia pun mendesak Rusia untuk mengakui perannya dalam tragedi itu.
"Meskipun ada penolakan transparan, tidak ada keraguan bahwa Rusia mendorong konflik Ukraina," tuding Haley.