Bisnis.com, JAKARTA - Meski Presiden Donald Trump sudah terlanjur marah dan membatalkan pertemuan di Singapura, namun Korea Utara masih berkeinginan untuk melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan pemimpin negara tersebut.
Pihak Pyongyang menyatakan “sangat menyayangkan” pembatalan pertemuan itu sebagaimana dikutip Channelnewsasia.com, Jumat (25/5/2018).
"Pengumuman pembatalan pertemuan secara tiba-tiba sangat kami sayangkan,” ujar Kim Kye Gwan, Wakil Menlu Korea Utara dalam pernyataannya kepada pers.
Dia menambahkan bahwa Korut tetap menunggu kesediaan AS untuk melakukan pertemuan. Sebelumnya, Trump membatalkan pertemuan itu karena Korut dinilai ingkar janji soal denuklirisasi.
Sedangkan dari pihak Korut, Pemimpin Kim Jong-un marah karena AS dan Korea Selatan tetap melanjutkan latihan perang gabungan yang dianggap ancaman bagi pemerintah Pyongyang.
Kemarahan Pyongyang salah satunya ditunjukkan dengan membatalkan pertemuan tingkat tinggi pejabat Korut dan Korsel beberapa jam sebelum digelar di desa perdamaian Panmunjom pada Rabu (16/5/2018).
Dalam pernyataan pemerintah Pyongyang yang disampaikan melalui media Korut, KCNA, latihan bersama AS-Korsel bertajuk Max Thunder itu adalah "provokasi militer yang disengaja" dan "tantangan nyata" atas pertemuan Kim dan Moon pada April lalu.
KCNA menyatakan, AS telah memobilisasi jet tempur siluman F-22 dan pesawat pengebom nuklir B-52. AS sebelumnya juga pernah mengancam akan menghancurkan fasilitas nuklir Korut dengan dua jet tempur itu.
"Amerika Serikat harus memikirkan dengan seksama nasib rencana KTT Korea Utara-AS di tengah provokasi militer yang mereka lakukan dengan Korea Selatan. Kami masih memonitor bagaimana AS dan Korsel bereaksi," tulis KCNA.
Latihan militer gabungan AS dan Korsel memang sejak lama membuat Korut marah. Korut menganggap kedua negara itu sedang latihan untuk menginvasi mereka. Namun pemerintah AS mengatakan latihan militer gabungan adalah kegiatan rutin kedua negara.