Bisnis.com, JAKARTA - Sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (Pena 98) Adian Napitupulu mengatakan pihak-pihak yang mendukung Presiden Soeharto pada 1997 atau menjelang reformasi 1998, bukan merupakan tokoh yang pro terhadap reformasi.
"Tidak semua tokoh politik saat itu bisa mengatakan dirinya reformis. Semua yang mendukung Soeharto 1997 itu sebenarnya tidak bisa dikatakan pro-reformasi," ujar Adian dalam konferensi pers penutupan acara pameran dan rangkaian diskusi 20 Tahun Reformasi di Graha Pena 98, Jakarta, Senin (21/5/2018).
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan pada 1997 tidak banyak tokoh yang menolak pencalonan kembali Soeharto. Namun, kata dia, hampir semua tokoh mengaku pahlawan reformasi hari ini, padahal merupakan pendukung berat Soeharto pada zaman orde baru.
Adian menegaskan kekejaman yang dilakukan rezim orde baru tidak boleh terulang. Dia mengingatkan dalam kerusuhan yang terjadi selama dua hari tanggal 13-14 Mei 1998 terdapat ratusan perempuan diperkosa, ribuan orang terbunuh, serta ribuan bangunan serta tempat ibadah hancur dibakar di seluruh Indonesia.
Selain itu terdapat mahasiswa yang tewas serta terluka dalam perjuangan mewujudkan reformasi.
"Dari luasnya dan keserentakan peristiwa itu, kita bisa menyimpulkan ada kekuatan besar yang menggerakan itu. Dan sampai saat ini siapa pelakunya tidak pernah terungkap," jelasnya.
Adian menegaskan sudah 20 tahun publik menunggu pengungkapan dalang rentetan peristiwa tersebut, namun tidak pernah ada kesanggupan untuk mengungkapkan lantaran kekuatan pelaku yang masih sangat besar baik secara politik maupun ekonomi.
"Tapi cepat atau lambat semua akan terbongkar. Mereka tidak bisa membohongi orang selama-lamanya," tegas Adian.
Adian menegaskan kekuatan aktivis 1998 saat ini telah menyebar di banyak posisi pemerintahan dan swasta. Kekuatan itu, menurut dia, akan mampu mengungkap pelaku rentetan peristiwa kekerasan menjelang reformasi.