Bisnis.com, JAKARTA – Sambil bernada tertawa menggelitik, politisi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu memberi ketegasan bahwa hingga saat ini yang resmi menjadi calon presiden RI hanya Joko Widodo, sementara yang lainnya belum menunjukkan kejelasannya.
“Sampai saat ini, capres yang memenuhi syarat presidential thresold itu baru Jokowi, yang lainnya masih copres,” ujar Masinton diiringi tawa para peserta diskusi polemik bertajuk ‘politik copras capres’ di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (21/4/2018).
“Katanya mau ganti presiden, presidennya aja enggak ada,” tandasnya sambil tertawa.
“Dari berbagai survei, Pak Jokowi juga selalu berada di atas sebagai capres dengan elektabilitas tertinggi,” lanjutnya.
Menurut Riset Media Survey Nasional—MEDIAN, Jokowi tercatat menjadi calon presiden dengan elektabilitas tertinggi sebesar 36,2%. Sementara itu, posisi kedua diduduki oleh Prabowo Subianto dengan skor 20,4%.
Adapun menurut survei opini publik 2018 terkait elektabilitas sejumlah capres dan cawapres yang dilakukan oleh lembaga survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia), Jokowi dibandingkan dengan sejumlah nama masih dominan, yaitu 48,3%.
Sementara itu, Ahmad Riza Patria, Ketua DPP Partai Gerindra menuturkan bahwa elektabilitas Jokowi masih terbilang tidak tinggi.
“Elektabilitas Jokowi menurut berbagai survei masih di bawah 50%. Fakta membuktikan bahwa incumbent di atas 65% saja masih bisa dikalahkan,” kata Riza mengacu pada contoh momentum yang terjadi pada pilkada DKI Jakarta di tahun lalu.
Menurut Riza, kepuasan publik memang cukup baik, tapi tidak memungkinkan Jokowi dipilih kembali pada putaran kedua. Hal itu juga dilandasi oleh asumsinya bahwa terjadi adanya kesalahan pada pembangunan infrastruktur yang tidak diiringi dengan nilai tambah produktivitas yang tinggi dan masih tertinggalnya reformasi demokrasi yang dilakukan rezim Jokowi seperti bersikerasnya pemerintah pada capres tunggal.
Sementara itu, Roy Suryo, Notosiprojo, Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat menimpali pernyataan Masinton dengan pertanyaan yang tidak kalah krusial.
“Kenapa tidak juga dideklarasikan cawapresnya sekalian, Pak?” ujar Roy.