Kabar24.com, JAKARTA – Ekspor Jepang tumbuh di bawah perkiraan pada Maret dipengaruhi oleh menguatnya yen dan kekhawatiran atas outlook pengiriman untuk Amerika Serikat.
Data yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan Jepang menunjukkan pengiriman ekspor Negeri Sakura pada Maret tumbuh ke level 2,1% dari bulan sebelumnya di level 1,8%. Namun, pencapaian tersebut berada jauh di bawah perkiraan ekonom yang disurvei Reuters di level 4,7%.
“Ekspor melemah karena faktor terbesarnya adalah pelemahan momentum dalam manufaktur global. Saya melihat adanya kemungkinan yang lebih buruk daripada soft pacth” ujar Hiroaki Muto, Kepala Ekonom Tokai Tokyo Researhc Center, sambil menambahkan bahwa data kali ini mengindikasikan tren pelemahan, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (18/4/2018).
Adapun rilis data ini bersamaan dengan Konferensi Tingkat Tinggi selama dua hari antara Presiden AS Donald Trump dan PM Jepang Shinzo Abe di Washington. Pertemuan tersebut dikhawatirkan dapat menempatkan Jepang ke dalam bidikan kebijakan proteksionisme dagang Trump.
Sebelumnya, Trump sempat menuliskan cuitan di akun Twitter-nya dengan mengatakan, “Jepang telah merugikan AS dalam perdagangan selama bertahun-tahun.”
Sebagai upaya Abe untuk menghadapi kritik tersebut, tampaknya harapan telah hilang bulan lalu ketika AS menolak memberikan pengecualian untuk tarif impor logam kepada Jepang sebagai negara mitranya.
Meskipun surplus perdagangan Jepang dengan AS berhasil berkurang 0,2% secara tahunan (year-on-year) menjadi 623,1 miliar yen (US$5,82 miliar) pada Maret, ukuran ini diperkirakan masih dapat mengundang kritik dari Trump.
Pasalnya, berdasarkan kalkulasi AS, Jepang menempati urutan ketiga yang mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebesar US$69 miliar setelah China dan Meksiko.
Adapun, meningkatnya tensi perang dagang, khususnya aksi saling lempar tarif impor antara AS dan China, pun telah mengacaukan kondisi pasar keuangan karena investor khawatir perang dagang dapat berdampak negatif bagi pertumbuhan global.
Pertumbuhan di negara yang bergantung kepada ekspor seperti Jepang dapat dirusak oleh setiap sentimen negatif yang menghampiri perdagangan global. Ditambah lagi ketika AS terus mencari cara untuk menurunkan defisit perdagangannya dengan negara ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut.
Adapun, data tersebut mencatat pertumbuhan ekpor Jepang pada Maret didukung oleh kenaikan pengiriman mobil dan peralatan manufaktur semikonduktor. Selain itu, pengiriman Jepang untuk AS juga meningkat 0,2% pada Maret secara tahunan, lebih lambat dari 4,3% pada bulan sebelumnya secara tahunan.
Para ekonom memperkirakan ekspor Jepang akan terus berekspansi dengan laju lambat dari tahun lalu karena berkurangnya permintaan untuk produk semikonduktor dan elektronik.