Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah fokus memberikan makanan tambahan di daerah-daerah yang memiliki angka stunting yang tinggi untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak (stunting) di lingkungan masyarakat.
Presiden Joko Widodo mengatakan sebenarnya program pemberian makanan sudah diberikan sejak tiga tahun lalu. Hanya saja, mulai tahun ini, pemberian makanan akan lebih fokus dan tepat sasaran.
"Tahun ini kita akan fokus kepada desa-desa yang sudah kita tentukan. Tidak semuanya. Kita hanya fokus kepada 100 kabupaten dan kota," tutur Jokowi, Jumat (6/4/18).
Program tersebut nantinya melibatkan PKK dan Posyandu setempat untuk menggencarkan sosialisasi pola hidup sehat dan menambah asupan makanan yang diberikan. Kepala Negara menekankan, pemberian makanan lokal akan didahulukan.
"Nanti akan kerja sama dengan PKK dan Posyandu untuk pemberian makanan tambahan baik berupa telur, ikan, kacang hijau, susu, juga tambahan biskuit seperti kemarin,” tambahnya.
Sebelumnya, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) optimistis upaya pengurangan stunting atau gagal tumbuh dapat ditekan menjadi 24% pada 2019.
Baca Juga
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan dengan pelaksanaan program pengentasan stunting terintegrasi, target RPJMN 2019 seharusnya dapat tercapai.
“Jadi tidak ada lagi Kementerian yang jalan sendiri-sendiri. Apalagi tidak melihat apa yang dikerjakan sama yang lain, atau misalkan pemda tidak sadar ada isu stunting di daerahnya,” ujarnya seusai mengikuti rapat terbatas (Ratas) Pengurangan Stunting, Kamis (5/4/2018).
Bappenas nantinya akan menyusun program, membuat target serta menjadi koordinator dalam program investasi penguatan sumber daya manusia tersebut. Sebagai salah satu program, akan digulirkan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
Program intervensi gizi spesifik akan menyentuh pemberian suplemen berupa makanan bergizi yang dijalankan oleh Kementerian Kesehatan. Selain itu, untuk intervensi gizi sensitif, dilakukan dengan melakukan program air bersih, santiasi serta kampanye hidup sehat.
“Intervensi gizi sensitif bukan sulit dilakaukan, hanya belum terintegrasi. Sekarang kita sudah,” tambahnya.
Sejauh ini, stunting paling banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur. Untuk target jangka panjang, Bappenas belum menetapkan persentase besaran pengurangan stunting. Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan upaya penurunan stunting menjadi tahapan penting dalam investasi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
PADAT KARYA TUNAI
Selain itu, program padat karya tunai sebagiannya juga akan diarahkan untuk menangani perbaikan gizi anak di daerah-daerah yang menjadi fokus perhatian. Dengan itu diharapkan kondisi lingkungan dan kesehatan di daerah-daerah terfokus dapat ditingkatkan untuk mencegah stunting sejak dini.
"Karena stunting ini bukan hanya masalah makanan, tapi juga berkaitan dengan kesehatan lingkungan baik sanitasi, infrastruktur air bersih, semuanya. Ini sebuah kerja yang harusnya sangat terintegrasi," tambah Jokowi.