Bisnis.com, JAKARTA—Para pemimpin Turki, Iran, dan Rusia sepakat bahwa penyelesaian politik lebih utama ketimbang menggunakan langkah militer dalam menyelesaikan konflik bersenjata di Suriah.
Hal itu dikemukakan mereka di Suriah setelah melakukan KTT kemarin di Ankara, ibukota Turki.
Pernyataan ketiga negara pasca-KTT menyebutkan keinginan mereka untuk 'mempercepat usaha memastikan perdamaian di wilayah' Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kedaulatan wilayah Suriah ditentukan pada kebijakan menjaga jarak dari semua organisasi teror.
Pernyataan itui dipandang sebagai sebuah kecaman tidak langsung terhadap Amerika Serikat yang mendukung pejuang Kurdi yang dipandang pemerintah di Ankara sebagai teroris.
Usai KTT, Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan perkembangan di Suriah, dengan keberhasilan militer Suriah dan sekutunya memukul mundur pemberontak dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan AS telah "gagal menjatuhkan pemerintahan Suriah" Presiden Bashar al-Assad.
Iran dan Rusia sangat mendukung presiden Suriah, sementara Turki sebenarnya mendukung kelompok pemberontak yang menentang Presiden Assad.
Gedung Putih menyatakan keputusan terkait dengan masa depan pasukan Amerika di Suriah akan segera diumumkan sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (5/4/2018).
Meskipun demikian seorang pejabat senior AS mengatakan," Kami tidak akan segera menarik diri, tetapi presiden juga tidak bersedia memberikan janji untuk jangka panjang.”
Sekitar 2.000 pasukan Amerika Serikat ditempatkan di Suriah utara sebagai bagian dari misi melawan sisa kelompok yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang sebelumnya menguasai daerah tersebut.