Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bocornya Data Pengguna Facebook Diselidiki

Badan perlindungan konsumen Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya membuka penyelidikan terhadap Facebook karena berpotensi gagal memenuhi janji mereka terkait keamanan privasi dan kemungkinan melanggar keputusan persetujuan.
Ilustrasi Facebook./Bloomberg-Chris Ratcliffe
Ilustrasi Facebook./Bloomberg-Chris Ratcliffe

Kabar24.com, WASHINGTON – Badan perlindungan konsumen Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya membuka penyelidikan terhadap Facebook karena berpotensi gagal memenuhi janji mereka terkait keamanan privasi dan kemungkinan melanggar keputusan persetujuan.

Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission/FTC) mengonfirmasi laporan berita dari pekan lalu bahwa pihaknya membuka penyelidikan terhadap pengambilan data Facebook milik puluhan juta pengguna oleh grup konsultan Inggris, Cambridge Analytica.

Meski FTC biasanya menolak mengomentari penyelidikannya, mereka mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengonfirmasi "penyelidikan nonpublik" terhadap Facebook. "FTC berkomitmen dengan teguh untuk menggunakan semua sarananya untuk melindungi privasi konsumen," ungkap kepala sementara Perlindungan Konsumen, Tom Pahl, Senin (26/3/2018) waktu setempat.

"Yang terpenting di antara sarana ini adalah aksi penegakan hukum terhadap perusahaan yang gagal memenuhi janji privasi mereka, termasuk mematuhi Privacy Shield (kesepakatan privasi antara AS-Uni Eropa), atau yang terlibat dalam tindakan tidak adil yang menimbulkan kerugian besar bagi konsumen dan melanggar Undang-Undang FTC."

Pahl menambahkan bahwa perusahaan yang sudah menyelesaikan gugatan FTC sebelumnya "juga harus mematuhi ketentuan FTC yang memberlakukan persyaratan privasi dan keamanan data."

Facebook menandatangani keputusan persetujuan dengan badan konsumen itu pada 2011 yang menetapkan tudingan bahwa mereka menipu konsumen dengan mengatakan bahwa mereka dapat merahasiakan informasi mereka di Facebook, tetapi kemudian mengizinkannya untuk dibagikan dan dipublikasikan.

Pahl mengatakan badan tersebut "mempertimbangkan dengan sangat serius laporan pers baru-baru ini yang menimbulkan kekhawatiran besar terhadap praktik privasi Facebook," demikian AFP.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Sumber : antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper