Kabar24.com, JAKARTA — Gubernur Bank Sentral China (PBOC) menyampaikan bahwa China akan terus melakukan reformasi dalam mencapai keterbukaan sektor keuangan Negeri Panda.
Mereka akan mengupayakan untuk melakukan pengukuran yang adil antara perusahaan dan domestik dan asing untuk mencegah risiko keuangan lewat regulasi dan supervisi.
Di dalam pidato pertamanya di hadapan publik sejak dilantik, Gubernur PBOC Yi Gang memberitahukan kepada Forum Pengembangan China di Beijing bahwa keterbukaan akan mengiring kepada kemajuan sementara menutup diri akan menarik mundur ke belakang.
“Sejarah telah membuktikan bahwa area yang lebih terbuka akan lebih kompetitif dan area yang tertutup akan kurang kompetitif dan tumbuhnya risiko semakin banyak [sebagai hasilnya],” kata Yi di dalam pidatonya, seperti dikutip Reuters, Minggu (25/3/2018).
Sebelumnya, Presiden Xi Jinping, di dalam Kongres Partai Komunis yang di adakan dua kali dalam sedekade pada Oktober 2017, telah bersumpah bahwa China akan mendalami reformasi ekonomi dan keuangan serta membuka pasarnya bagi investor asing.
Pada November, China juga telah mengatakan bahwa mereka akan membuka ruang bagi kepemilikan ekuitas asing dalam perusahaan joint-venture, a.l. futures, sekuritas, dan pasar pendanaan menjadi 51% dari 49%, sebagai tambahan dari batasan kepemilikan di setiap sektor keuangan akan dibongkar dalam tiga tahun.
Kendati demikian, menaikkan batas kepemilikan tidak berarti bahwa tidak ada supervisi, lanjut Yi. Artinya, membuka dirinya China dalam sektor keuangan tidak berarti bahwa tidak ada regulasi yang mengatur.
“Kami akan menempatkan perhatian yang sama di dalam pembukaan sektor keuangan ini dan mencegah terjadinya risiko keuangan. Pembukaan sektor keuangan harus diikuti oleh pengembangan regulasi keuangan,” ujarYi.
Adapun, Yi menjelaskan, sektor keuangan yang akan dibuka ini seterusnya akan melewati koordinasi dari reformasi dalam mekanisme tingkat valuta asing China dan konversi akun modal.
Yi mengatakan bahwa China akan membuka pasar obligasinya dan secepatnya juga akan membuka fase kedua dari China Internasional Payments System (CIPS), sebuah sistem penyelesaiann cross-border Yuan.
Sistem ini diharapkan untuk mengizinkan perusahaan asing untuk menyelesaikan pembayaran dengan pebisnis China secepatnya dan seefisiennya, menggantikan sistem campur baur seperti bank kliring di seluruh dunia saat ini/ (Reuters/Dwi Nicken Tari)