Bisnis.com, JAKARTA -- Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden AS Donald Trump membahas situasi perang di Yaman dalam pertemuan di Gedung Putih.
"Tentang Yaman, Presiden Trump dan Putra Mahkota membahas ancaman dari kelompok Houthi ke wilayah itu, yang dibantu oleh Korps Pengawal Revolusi Islam Iran," papar Gedung Putih dalam pernyataan resminya, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (22/3/2018).
Dalam pertemuan yang digelar Selasa (20/3) waktu setempat itu, Trump dan Mohammed bin Salman pun membahas langkah-langkah lanjutan guna mengatasi perang tersebut dan bersepakat bahwa resolusi politik untuk konflik diperlukan untuk membantu rakyat Yaman.
Koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi menyerang Yaman pada 2015 melawan kelompok Houthi yang didukung Iran, pada 2015. Perang saudara yang terjadi setelah Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi digulingkan itu telah menewaskan sekitar 10.000 orang.
Trump juga menyinggung besarnya penjualan senjata dari AS ke Arab Saudi. Menurutnya, hal itu mendorong pertumbuhan lapangan kerja di AS.
Hasil pertemuan Trump dengan Putra Mahkota Arab Saudi bertentangan dengan pernyataan Senat AS yang bersikukuh untuk mengakhiri dukungan militer AS kepada Arab Saudi. Beberapa anggota Senat menyebut intervensi Arab Saudi ke Yaman malah menyebabkan 'bencana kemanusiaan'.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mempertahankan dukungan AS kepada Arab Saudi. Dia mengatakan dukungan AS di Yaman dapat membawa kesepakatan antara Houthis-Iran dan Yaman sehingga kesepakatan untuk menghentikan perang dapat terjadi.
Jika dukungan militer AS ditarik yang ditakutkan adalah meningkatnya korban sipil dan membuat pemberontakan Houthi semakin merajalela.
Mohammed bin Salman akan berada di AS selama dua pekan, sejak Selasa (20/3), dalam rangka kunjungan kenegaraan. Selain bertemu dengan Trump, dia juga dijadwalkan mengunjungi berbagai kota termasuk Silicon Valley di California.
Kedutaan Besar Arab Saudi di AS mengungkapkan putra Raja Salman itu telah bertemu dengan para petinggi Boeing Co., Raytheon Co., Lockheed Martin Corp., dan General Dynamics Corp. Raytheon dan General Dynamics adalah kontraktor militer ternama dunia, sedangkan Lockheed Martin merupakan produsen senjata besar berskala internasional.