Kabar24.com, JAKARTA—Perekonomian Vietnam akan tumbuh lebih cepat tahun ini dibandingkan tahun lalu.
Pejabat senior pemerintah Vietnam mengatakan, negaranya hanya akan menerima dampak kecil dari kebijakan dagang Presiden AS Donald Trump.
Truong Van Phuoc, Kepala Komisi Supervisor Keuangan Nasional Vietman, mengatakan bahwa mereka berharap untuk berdiskusi dengan AS mengenai beberapa perjanjian perdagangan bilateral kedua negara.
Dengan begitu, lanjutnya, akan mengurangi hambatan perdagangan dengan Paman Sam, yang merupakan pasar ekspor terbesar Vietnam.
“Perekonomian akan melaju tahun ini dengan inflasi terjaga dan dong Vietnam stabil,” kata Phuoc dalam wawancara di Hanoi, Vietman, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (14/3/2018).
Dia menambahkan, perubahan tarif impor oleh AS baru-baru ini hanya akan berdampak kecil untuk Vietnam. Pasalnya, Vietnam memiliki banyak variasi produk untuk meningkatkan ekspornya.
Seperti diketahui, pekan lalu Trump telah mengenakan tarif sebesar 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium. Sementara, berdasarkan data di laman cukai Vietnam, ekspor baja Vietman untuk Paman Sam mencapai US$104 juta di dua bulan awal 2018 ini. Jumlah itu dua kali lebih banyak daripada tahun lalu dan sekitar 16% dari total penjualan logamnya.
Oleh karena itu, Vietnam mengupayakan untuk mendapatkan kesepakatan perdagangan bebas dengan negara-negara seperti Jepang dan Eropa agar dapat meminimalisir dampak dari tarif Trump tersebut.
Selain itu, upaya tersebut juga untuk menjaga laju pertumbuhan ekonominya, seperti diketahui Vietnam merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Adapun, Vietnam telah bergabung dengan 10 negara lainnya dalam penandatanganan perjanjian dagang kemitraan trans-pasifik (TPP) pekan lalu. Meskipun hengkangnya AS dari perjanjian TPP itu juga tampak sebagai goncangan bagi Vietnam, pasalnya Vietnam mengekspor sekitar seperlima barang-barangnya ke Paman Sam.
Akan tetapi, pemulihan perdagangan global, meningkatnya penduduk usia produktif, serta murahnya upah pekerja di Vietman, telah menjadi magnet bagi investor internasional. Sekadar informasi, Nestle SA telah membuka pabriknya di Vietnam tahun lalu.
Faktor-faktor tersebut di atas telah mendorong pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai 6,81% pada 2017. Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc bahkan mengestimasikan pertumbuhan negaranya akan mencapai 7,4% di kuartal pertama tahun ini. Adapun, Phuoc melanjutkan, pemerintah berencana untuk mempertahankan produk domestik bruto (PDB) di sekitar 7%.
“Vietnam masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh. Pemerintah telah mengambil langkah solid untuk mendukung sektor swasta, misalnya dengan mengurangi jumlah lisensi, mempercepat perizinan, dan yang lebih penting meningkatkan kepercayaan investor dengan memerangi korupsi,” jelasnya.
Vietnam pada Januari telah menghukum Dinh La Thang, seorang mantan anggota politburo dan mantan direktur badan usaha milik negara (BUMN) Vietnam Oil & Gas Group, selama 13 tahun penjara setelah terbukti melanggar aturan pemerintah. Sementara itu, Trinh Xuan Thanh, mantan direktur BUMN Vietnam, PetroVietnam Construction JSC, unit usaha dari Vietnam Oil & Gas, juga dijatuhi hukuman seumur hidup untuk kasus penggelapan uang.
Untuk membantu perekonomian tetap berlanjut di tengah-tengah meningkatnya proteksionisme di AS dan pasar lainnya, Perdana Menteri Phuc pun meminta para menterinya untuk memperhatikan pasar internasional secara seksama . Selain itu juga mendesak pemerintah agar target-target pemerintah dapat tercapai tahun ini.