Kabar24.com, JAKARTA - Lenggak-lenggok para penari Bali terlihat luwes mengikuti alunan musik. Kondisi fisik yang terbatas tidak membebani mereka dalam berekspresi.
Ya, para penari Pendet itu adalah anak-anak penyandang sindrom down dari Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI). Mereka adalah salah satu pengisi acara di Festival Perempuan Mengubah Dunia belum lama ini.
Wajah mereka dirias dengan cantik dan menyiratkan aura percaya diri ketika naik ke panggung. Riuh tepuk tangan penonton pun menggema menyambut mereka.
Sindrom down adalah kondisi genetik yang menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik dan intelektual karena adanya tambahan dari kromosom 21 yang biasa disebut trisomi 21.
Anak-anak penyandang sindrom down ini dapat mengalami gangguan antara lain dalam belajar, perkembangan fisik, dan komplikasi penyakit di luar penyakit anak-anak pada umumnya.
Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) di Pejaten, Jakarta, selalu ramai dengan anak-anak sindrom down yang ingin belajar dan bermain. Para orang tua dengan setia menunggu dan mendampingi mereka.
"POTADS [Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome] hadir sebagai wadah informasi bagi orang tua yang memiliki anak down syndrome dan membantu mendidik anak-anak mereka sesuai dengan minat dan bakatnya," kata Oom Komariah, Sekretaris 2 POTADS dan Koordinator RCDS kepada Bisnis saat ditemui di Kantor Pusat POTADS, Pejaten, Jakarta.
Dia juga menjelaskan bahwa penerimaan orang tua terhadap kondisi anak yang menyandang sindrom down adalah hal yang paling penting.
Hal senada juga diungkapkan Arif Basuki, seorang ayah dari anak penyandang sindrom down.
"Bagaimana masyarakat mau menerima, bila orang tua dan keluarga saja belum bisa menerima kondisi anaknya. Orang tua harus berani memperkenalkan anaknya di keluarga dan masyarakat sebagai mana keadaannya," kata Arif Basuki sembari tersenyum.
Arif menawarkan banyak pilihan kepada anaknya, Rizqy, yang kini berusia 9 tahun, tentang pelbagai hal seperti musik, dan olah raga. Hal ini Ia lakukan untuk mengetahui apa yang menjadi minat dan bakat anaknya.
Paradigma negatif terhadap penyandang sindrom down menjadi momok yang harus diubah. Banyak prestasi berhasil diukir oleh para penyandang sindrom down, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Tengok saja Stephanie Handojo yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Stephanie meraih medali emas di cabang olah raga renang dalam Special Olympics World Summer Games di Yunani pada 2011 dan beberapa prestasi lainnya.
Sosialisasi dan ketidaktahuan masyarakat mengenai penanganan kelainan genetik ini menyebabkan masih banyak anak penyandang sindrom down yang tidak ditangani semestinya.
Peran orang tua menjadi sangat vital, tetapi harapannya adalah terjalinnya sinergi antara pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk berkontribusi bagi anak-anak penyandang sindrom down dalam menggapai impiannya.
"Mereka [anak-anak sindrom down] juga mempunyai hak dan masa depan, sama seperti anak-anak lainnya," kata Oom.