Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan PMI di China dan Mitra Dagangnya Beri Sinyal Pelambatan Global?

Pelemahan data manufaktur China dan sejumlah mitra dagang utamanya memberikan sinyal bahwa perekonomian di Negeri Panda dan aktivitas perdagangan global mulai melemah.
Manufaktur China/Reuters
Manufaktur China/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Pelemahan data manufaktur China dan  sejumlah mitra dagang utamanya memberikan sinyal bahwa perekonomian di Negeri Panda dan aktivitas perdagangan global mulai melemah.

Bukanlah hal yang baru ketika indeks manajer pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) sektor manufaktur di China mengalami penurunan saat perayaan Tahun Baru China berlangsung. Pasalnya pada periode tersebut para pekerja sedang menikmati libur panjangnya.

Hal itu tercermin dalam indeks PMI pada Februari yang turun 0,01% ke level 50,3 dari bulan sebelumnya dan merupakan penurunan terdalam sejak lima tahun terakhir.

Namun yang membedakan dari tahun-tahun sebelumnya adalah permintaan global yang juga melemah. Hal itu terlihat dari indeks PMI mitra dagang terbesar China, seperti Jepang dan Eropa yang juga turut mengalami penurunan.

Sementara itu, pada saat yang sama Biro Statistik China (NBS) mencatat permintaan ekspor juga turun selama dua bulan berturut-turut.     

Adapun data PMI sektor jasa meskipun masih di atas level 50 yang mencerminkan ekspansi, tetapi capaian tersebut turun ke level 54,4 pada Februari dari 55,3 pada Januari.

Ekonom Bloomberg, Tom Orlik dan Fielding Chen menuliskan dalam laporannya, bahwa pelemahan indeks PMI China memberikan sinyal adanya momentum pertumbuhan secara moderat dan tipisnya potensi perbaikan aktivitas manufaktur. Seperti diketahui, pada tahun-tahun sebelumnya aktivitas manufaktur akan mengalami pembalikan pasca-Tahun Baru China.

“Yang sangat mencolok adalah turunnya tekanan harga justru mendukung keuntungan industri dan membuat tantangan pemberian subsidi manufaktur menjadi lebih tertata. Itu artinya, menguraikan tren dari efek liburan Tahun Baru China 2018 merupakan hal yang sulit,” katanya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (1/3/2018).

Dia juga mengatakan, biasanya pada libur panjang Tahun Baru China mendistorsi data dari Januari dan Februari karena perusahaan dan pabrik tutup pada waktu yang berbeda-beda setiap tahunnya. Untuk tahun ini, libur panjang dimulai dari 15 hingga 21 Februari 2018, atau lebih cepat dibandingkan dengan tahun lalu.

Meskipun begitu, NBS dalam laporannya memperlihatkan bahwa sejarah menunjukkan data pada Februari sebenarnya masih berfluktuasi normal selama perayaan festival musim semi, yang berlangsung bersamaan dengan Tahun Baru China. Ekspektasi bisnis pun, lanjut laporan tersebut, telah terangkat dan sepertinya akan kembali ke kecepatan normalnya pascalibur panjang di China.

Louis Kuijs, Kepala Ekonom Asia di Oxford Economics mengatakan bahwa memang sulit untuk melihat pergerakan data ekonomi pada awal tahun.

"Saya tidak melihat angka-angka yang mengindikasikan pelemahan akan terus berlanjut.  Saya kira ini semua mengindikasikan bahwa  tidak ada percepatan, tetapi pertumbuhan secara moderat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper