Kabar24.com, MALANG—Pemkot Malang mendorong industri kecil menengah (IKM) di kota tersebut memanfaarkan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) agar bisa ekspor langsung ke negara tujuan sehingga keuntungan yang mereka peroleh juga lebih tinggi.
Kepala Dinas Perindustrian Kota Malang Subkhan mengakui masih kecil jumlah IKM yang memanfaatkan fasilitas KITE untuk melakukan ekspor langsung ke negara tujuan karena belum banyak pelaku industri yang mengetahui adanya fasilitas tersebut.
“Belum banyak IKM yang tahu program ini dan sosialisasi juga belum menjangkau kepada seluruh IKM di kota ini,” katanya di Malang, Rabu (29/2/2018).
Sebagai bentuk tanggungjawab, kata dia, maka Disperin Kota Malang secara pelan-pelan mencoba mencoba untuk terus mendorong IKM untuk ikut program ini, karena program ini sangat bagus dalam pengembangan IKM. Sosialisasi akan dilakukan secara kolektif, juga secara individu, langsung ke pengusaha.
Disperin juga melakukan pendataan yang cermat terlebih dulu, sehingga sosialisasi terkait fasilitas IKM betul-betul tepat sasaran.
Dengan tidak banyaknya IKM yang memanfaarkan fasilitas KITE, maka selama ini kalau mereka bisa ekspor masih melalui pihak ke tiga, trader, sehingga keuntungan yang didapat otomatis berkurang karena harga jual lebih rendah daripada yang dibayar pengimpor karena dipotong pengusaha trader.
Baca Juga
Padahal, kata dia, dari pembicaraan dirinya dengan pelaku IKM, sebenarnya ada beberapa yang sudah melakukan ekspor, namun tidak secara langsung, melainkan lewat trader.
Produk-produk IKM asal Kota Malang yang berpotensi ekspor, yakni rotan, keramik, craft (produk kerajinan), dan aneka produk fashion.
Pemilik Nirmana Art, produsen patung dan vas bunga berbahan baku fiber, Barhmantyo Hartono mengatakan produknya berupa patung dan vas bunga berbahan fiber sebenarnya sudah berhasil menembus pasar ekspor, yakni ke Australia, Malaysia, India, dan beberapa negara lainnya, namun tidak secara langsung, melainkan lewat trader asal Bali.
“Omzetnya tahun kemarin mencapai Rp400 juta-Rp500 juta,” katanya.
Risiko ekspor langsung, kata dia, jika buyer di luar negeri ternyata melakukan praktik moral hazard, tidak membayar pesanan, sehingga kerugian yang ditanggung pengusaha bisa besar.
Karena alasan itu, maka pengusaha kemudian memilih langkah praktis demi mengurangi risiko dengan berkonsentrasi pada pasar di dalam negeri.
Sebenarnya masalah-masalah terkait dengan pesanan barang tidak dibayar oleh importir, kata dia, bisa diatasi dengan melibatkan perusahaan asuransi. Artinya, barang yang diekspor diasuransikan sehingga risikonya dialihkan ke perusahaan asuransi.
Karena itulah, bagi pengusaha IKM perlu ada penataan manajemen yang baik untuk mengatasi masalah-masalah seperti.
“Tahun ini kami bertekad untuk membenahi manajemen sehingga masalah-masalah terkait dengan ekspor bisa ditangani dengan baik. Karena itulah, tahun ini kami juga melirik untuk pasar ekspor atas produk kami,” ucapnya.