Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyatakan bahwa pejabat-pejabat senior Australia, Amerika Serikat, India, dan Jepang tengah membicarakan pendirian infrastruktur regional bersama. Proyek infrastruktur itu sebagai alternatif dari proyek Belt and Road Initiative milik China.
Menlu Australia Bishop mengatakan para pejabat masih mendiskusikan seberapa luas keuntungan dan tantangan dalam proyek tersebut. “Ada kebutuhan yang tidak terhitung untuk infrastruktur, khususnya di region kita,” kata Bishop dalam wawancaranya untuk Sky News, seperti dilansir Bloomberg, Senin (19/2).
Pejabat senior Paman Sam yang tidak ingin disebutkan identitasnya mengatakan rencana yang melibatkan empat negara itu belum matang. Oleh karena itu, pembicaraan lebih lanjut akan dilakukan oleh Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull bersama Presiden AS Donald Trump dalam kunjungannya minggu ini ke AS.
Meskipun mereka menyatakan bahwa hal itu merupakan usaha untuk menahan meluasnya pengaruh Beijing, mereka menyebutnya dalam terminologi “alternatif” alih-alih “saingan” dari Belt and Road Initiative milik China.
“China bisa saja membangun pelabuhan, tetapi belum ekonomis. Kami bisa membuatnya lebih ekonomis dengan membangun jalan dan rel yang terhubung dengan pelabuhan itu ,” kata pejabat AS seperti dilansir dari Reuters, Senin (19/2).
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia menyatakan Amerika Serikat, Jepang, India, dan Australia akan mengadakan pembicaraan di Manila pada November tahun ini, beriringan dengan konferensi tingkat tinggi ASEAN dan Asia Timur.
Baca Juga
Pembicaraan empat arah, yang disebut “Quad”, bertujuan untuk memperkuat kerjasama di bidang keamanan dan alternatif koordinasi pembiayaan infrastruktur regional yang ditawarkan China.
Mereka akan membahas visi bersama untuk meningkatkan kemakmuran dan keamanan di wilayah Indo-Pasifik. Selain itu, juga bekerja sama untuk memastikan region Indo-Pasifik tetap bebas dan terbuka.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga juga menekankan bahwa kerjasama itu bukanlah untuk menyaingi Belt and Road Initiative milik China. Di sisi lain, Jepang berencana menggunakan official development assistance (ODA) untuk mempromosikan "Free and Open Indo-Pasific Strategy" miliknya. Termasuk di dalam itu adalah infrastruktur berkualitas tinggi.
Strategi yang didukung oleh Washington ini sebelumnya juga disebut-sebut sebagai saingan dari Belt and Road Initiative. "Ini [kerjasama empat negara] bukan masalah tentang menyaingi Belt and Road milik China," katanya dalam sebuah konferensi, dikutip dari Reuters, Senin (19/2/2018).
Seperti diketahui, Belt and Road Initiative pertama kali diumumkan oleh Presiden China Xi Jinping kepada mahasiswa di universitas di Kazakhstan pada 2013.
Belt and Road Initiative ini akan menjadi kendaraan bagi negara-negara di Asia untuk berperan besar di atas panggung internasional. Yakni dengan cara mendanai dan membangun transportasi global sebagai penghubung perdagangan di lebih dari 60 negara.
Jinping juga telah mempromosikan inisiasi ini dengan mengundang kepala-kepala negara ke Beijing Mei tahun lalu untuk pertemuan perdana. Dia mengajukan permintaan dana sebesar US$124 miliar untuk mendukung rencana tersebut sekaligus memasukkannya ke dalam konstitusi Partai Komunis yang berkuasa pada Oktober.
Pemerintah daerah China, termasuk perusahaan negara dan swasta langsung memberikan dukungan mereka dengan memberikan investasi luar negeri dan membuat pinjaman.
Pada Januari, Beijing menguraikan ambisi untuk memperluas inisiasi itu sampai ke Arctic. Yakni dengan membangun jalur pelayaran yang terbuka karena pemanasan global, membentuk “Jalur Sutra Polar”.