Kabar24.com, JAKARTA — Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri, menyelenggarakan Forum Debriefing Kepala Perwakilan Republik Indonesia.
Bertempat di Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri, forum ini menghadirkan para Duta Besar yang telah menyelesaikan tugas negara sebagai Kepala Perwakilan RI di luar negeri.
Tiga mantan Duta Besar pengisi kegiatan Debriefing, yaitu Duta Besar LBBP RI untuk Kamboja Pitoyo Purnomo, Duta Besar LBBP RI untuk Laos Irmawan Emir Wisnandar, dan Duta Besar LBBP RI untuk Republik Argentina merangkap Republik Paraguai dan Republik Oriental Uruguay, Jonny Sinaga.
Para mantan kepala perwakilan RI di negara sahabat ini, telah menyelesaikan tugasnya pada tahun lalu. Dalam tiga paparan para duta besar, disebutkan potensi meningkatkan kerja sama tidak lagi sebatas hubungan diplomatik, tetapi juga terkait ekonomi.
Pitoyo mengatakan walaupun pasar Kamboja hanya sekitar 7 juta penduduk, tetapi pertumbuhan GDP di negara tersebut relative besar di Asean. Menurutnya, sampai saat ini, tidak banyak investor Tanah Air yang mencoba peruntungan di negara berbentuk kerajaan konstitusional tersebut.
“Belakangan baru Ram Punjabi yang investasi bioskop bekerja sama dengan investor asal Thailand senilai US$5 juta,” tuturnya, Kamis (8/2/2018).
Untuk kerja sama ekonomi, Indonesia memiliki lima komoditas ekspor utama, seperti farmasi, kertas dan tembakau. Khusus untuk komoditas tembakau, Indonesia merupakan negara pengekspor produk tembakau terbesar ke Kamboja, dengan pangsa pasar 70%.
Indonesian Trade and Tourism Promotion (ITTP) telah diadakan 11 tahun berturut-turut sebagai salah satu upaya KBRI Phnom Penh meningkatkan volume perdagangan antara Indonesia dan Kamboja serta promosi wisata dan budaya Indonesia.
Senada dengan Duta Besar Kamboja, Irmawan juga mengatakan dengan kondisi demografi Laos yang berada di tengah-tengah mainland Asia Tenggara dan berbatasan langsung dengan lima negara. Menjadikan negara ini mempunyai akses langsung ke pasar dengan total 268 juta orang.
Selain itu, Laos akan terhubung dengan sejumlah negara lainnya dalam kerangka One Belt One Road (OBOR), dimana saat ini tengah dibangun highway yang menghubungkan bagian utara Laos dengan China.
“Laos merupakan penghasil potasium terbesar di asia. Jika selama ini kita mengimpor dari Kanada, Belarusia dan lainnya, karena adanya Laos, kita bisa ambil dari sana. Karena selisih harganya per ton hampir US$20 dolar,” tuturnya.
Tidak hanya itu, negara berpenduduk 6,4 juta jiwa ini, mencanangkan visi ke depannya untuk menjadi negara Asean yang memainkan peranan strategis sebagai landlinked country dan penghubung dan pembangkit kegiatan ekonomi bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan.
“MoU antara Petro Trade (Laos) dengan PT. Manggala Wahana Energi Utama untuk mensuplai batu bara sejumlah 7 juta metric ton/tahun atau berkisar U$$ 588 juta pada 2020. Ini dilakukan untuk sebagai langkah negara memastikan cadangan bahan baku pembangkit listrik,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Dubes Jonny mengatakan Argentina, Uruguay dan Paraguay sangat menghormati dan kagum dengan Indonesia. Tiga negara yang sudah menikmati kemerdekaan lebih dari 100 tahun, heran dengan langkah Indonesia yang menduduki peringkat 15 negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia.
“Sekarang Argentina mampu memberi makan penduduk dunia mencapai 450 juta jiwa, ke depan mereka menargetkan sampai 750 juta. Untuk impor sapi, kita bisa mengandalkan Argentina sebaga alternatif negara lainnya,” ujarnya.
Sayangnya, dari ketiga negara Amerika Latin tersebut, baru 1 investasi yang hadir di Tanah Air, berupa pabrik pipa di Batam.