Kabar24.com, JAKARTA — Pemerintah Jepang dan China mengakui perlunya memperbaiki hubungan di tengah latar belakang perselisihan teritorial yang masih terjadi dan tantangan yang ditimbulkan oleh Korea Utara.
Dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, di Beijing pada Minggu (28/1/2018), Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan pentingnya dua negara ekonomi terbesar di Asia tersebut untuk memperkuat kerja sama.
Kono menyebutkan bahwa pihaknya akan terus terbuka untuk melakukan diskusi dan negosiasi dalam rangka normalisasi hubungan kedua negara.
Di sisi lain, Yi pun memuji keinginan Jepang untuk memperbaiki hubungan dua negara yang pernah memanas pada 2012. Kala itu, kedua negara saling berebut wilayah di Laut China Timur.
Adapun, sebelumnya, China dan Jepang juga pernah berkonflik ketika Perang Dunia II. Kala itu negeri Sakura menjajah Negeri Panda.
“Saat ini hubungan China dan Jepang berada pada tahap yang sangat penting. Ada banyak kemajuan positif, tetapi hambatan pun tak kalah banyak. Kami berharap, Jepang menuangkan niatnya dalam aksi nyata,” kata Yi, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (28/1/2018).
Salah satu hambatan tersebut adalah sikap warga kedua negara yang tak terlalu menginginkan rekonsiliasi. Dalam sebuah survei Bloomberg pada akhir tahun alu, hanya 23% responden China yang melihat hubungan kedua negara sebaga hal yang baik. Sementara itu, warga Jepang lebih ekstrim, lantaran hanya 6,7% yang mendukung rekonsiliasi tersebut.
Adapun, Kono sendiri adalah Menteri Luar Negeri Jepang yang pertama mengunjungi China sejak April 2016. Dalam pertemuan dengan Wang, kali ini dia juga mengatakan bahwa kedua belah pihak perlu bekerja sama untuk menangani masalah-masalah global, khususnya isu Korea Utara.
"Penting tidak hanya untuk membahas isu-isu yang berkaitan dengan kedua negara, namun bagi Jepang dan China untuk berdiri berdampingan untuk menangani masalah global," kata Kono.
China adalah mitra dagang terbesar Jepang. Sementara itu Jepang merupakan mitra dagang terbesar kedua bagi China, setelah AS. Nilai perdagangan kedua negara mencapai US 302 miliar pada 2016.