Bisnis.com, JAKARTA – Xiaomi Corp memilih Morgan Stanley dan Goldman Sachs Group Inc. untuk rencana penawaran umum perdana (initiap public offering/IPO) perusahaan, menurut sumber anonim Bloomberg yang mengetahui langsung rencana tersebut.
Selain itu, Credit Suisse Group AG dan Deutsche Bank AG juga telah dipilih untuk menangani IPO yang dapat menaikkan valuasi perusahaan menjadi sebesar US$100 miliar tersebut. Namun, perusahaan yang berbasis di Beijing ini masih mempertimbangkan penjamin emisi asal China dan belum menentukan waktu dan lokasi penjualan saham tersebut.
IPO Xiaomi digadang-gadang akan menjadi IPO terbesar, menyaingin IPO Alibaba Group Holding Ltd yang senilai US$25 miliar. Setelah penurunan pangsa pasar di tahun 2016, produsen smartphone ini bangkit kembali dengan membenahi model penjualannya dan melakukan ekspansi di pasar India.
Di India, Xiaomi bersaing dengan Samsung Electronics Co sebagai vendor terbesar. Perusahaan tersebut mencapai target penjualan tahunan 100 miliar yuan (US$15 miliar) pada akhir Oktober.
Hingga berita ini diturunkan, baik Xiaomi, Goldman Sachs, Credit Suisse dan Deutsche Bank menolak berkomentar mengenai rencana tersebut. Perwakilan Morgan Stanley juga belum menanggapi.
Di bawah pimpinan dan pendirinya Lei Jun, Xiaomi ingin memasuki pasar smartphone di negara maju setelah berhasil mengambil posisi di pasar negara berkembang seperti India dan Rusia. Perusahaan juga masuk ke Spanyol tahun lalu dan dikatakan sedang berunding dengan operator seluler AS untuk menjual perangkat di markas Apple Inc tersebut.
Selain smartphone, Xiaomi juga mendukung sejumlah perusahaan rintisan yang memproduksi berbagai jenis produk, mulai dari wearable device hingga penanak nasi. Total penjualan dari ekosistemnya meningkat dua kali lipat menjadi 20 miliar yuan pada 2017.
Analis Counterpoint Research, James Yan mengatakan selain pengembangan perangkat keras, investor juga tertarik pada pengalaman Xiaomi dalam menjalankan komunitas online dengan sekitar 200 juta pengguna serta pengembangan perangkat lunak. Faktor ini dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dari iklan dalam aplikasi dan memanfaatkan data yang berkembang pada penggunanya.
"Pasar smartphone China terlihat stabil untuk Xiaomi, namun perluasan penjualan dari mitra ekosistemnya dapat menaikkan valuasi Xiaomi," katanya, seperti dikutip Bloomberg.
“Dalam perangkat lunak, Xiaomi menikmati keunggulan besar karena vendor China lainnya kekurangan bisnis perangkat lunak yang mapan," lanjutnya.
Huawei Technologies Co. dan Oppo menjadi pesaing terbesar Xiaomi di China. Setelah sukses awal dengan model penjualan online ‘flash sale’, dengan cara menjual perangkat di website dalam waktu terbatas, Xiaomi masih kalah saing dari kompetitor seperti Oppo dan Vivo yang mengembangkan hubungan dengan pengecer.
Lei menanggapi masalah tersebut dengan dorongan ambisius untuk memperluas jaringan ritel Xiaomi sendiri. Perusahaan ini berencana untuk membangun 1.000 toko "Mi Home" pada tahun 2019, setara dengan dua kali jumlah Apple Store di seluruh dunia, dan menargetkan penjualan ritel sebesar 70 miliar yuan pada tahun 2021.