Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Saham Perusahaan Alat Berat Menguat

Di tengah menguatnya harga komoditas, kinerja saham perusahaan yang menjual alat berat pun juga menguat.
Pengunjung bberaktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (22/11)./JIBI-Abdullah Azzam
Pengunjung bberaktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (22/11)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah menguatnya harga komoditas, kinerja saham perusahaan yang menjual alat berat pun juga menguat.

Tengok saja saham PT United Tractors Tbk. (UNTR), sepanjang tahun ini sudah naik Rp10.550 atau tumbuh 49,64% dari posisi Rp21.250 per saham pada akhir tahun lalu menjadi Rp31.800 per saham.

Dalam lima tahun terakhir, kinerja saham UNTR pun telah naik hingga 70,97% dari harga Rp18.600 per saham. Peningkatan harga saham itu membuat kapitalisasi pasar perusahaan alat berat milik Grup Astra ini menjadi Rp118,62 triliun.

Analis RHB Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menuliskan, penjualan Komatsu per Oktober 2017 sebanyak 314 unit, atau naik 44% secara tahunan, akan tetapi mengalami penurunan hingga 6% dibandingkan bulan sebelumnya.

Hariyanto menuliskan dalam riset medio November 2017 bahwa penurunan penjualan disebabkan oleh rendahnya penjualan alat berat pada sektor konstruksi dan pertanian. Namun, penjualan unit alat berat ke sektoor pertambangan terus tumbuh, khususnya untuk penambang batu bara.

Dia menilai, UNTR masih tetap akan bergantung dengan anak usahanya PT Pamapersada, yang mencatatkan peningkatan volume kontrak pertambangan. Hariyanto optimis, target kontrak anak usaha bisa tercapai.

Meskipun harga komoditas merangkak naik dan menggeliatkan kinerja saham pertambangan dan pendukungnya, RHB Sekuritas Indonesia merekomendasikan netral untuk saham UNTR, dengan target harga Rp35.600. Adapun price to earning ratio diproyeksi bisa mencapai 15x hingga 2018.

Hingga September 2017, pendapatan UNTR mencapai Rp46,3 triliun, meningkat 36% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Lebih rinci, segmen mesin produksi, kontraktor penambangan, pertambangan dan industri secara berturut-turut memberikan kontribusi masing-masing 38%, 46%, 12% dan 4% terhadap total pendapatan bersih.

Dalam riset BCA Sekuritas, UNTR dinilai masih mengandalkan cadangan batu bara hingga tahun depan. BCA Sekuritas pun merekomendasikan buy untuk saham UNTR.

Sementara itu, dari 27 analis yang diriset oleh Bloomberg, sebanyak 22 analis merekomendasikan buy saham UNRT, 4 analis merekomendasikan hold dan 1 analis menyarankan sell. Analis yang diriset oleh Bloomberg, memproyeksikan target harga UNTR bisa mencapai Rp37.792 per saham hingga akhir tahun.

Bila harga komoditas meningkat, ditambah pertumbuhan ekonomi yang konsisten tumbuh, maka analis-analis pun kian optimis bahwa harga saham UNTR bisa merangkak naik atau bertambah sekitar 6.000 poin, sebulan sebelum penutupan tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper