Kabar24.com, JAKARTA – Survei terhadap para pelaku industri menemukan bahwa emisi karbon China kemungkinan akan mencapai puncaknya pada atau sebelum tahun 2030.
Hal ini diprediksi oleh 90% dari 260 pemangku kepentingan pada pasar karbon China dalam survei yang dilakukan oleh China Carbon Forum, ICF International Inc., dan SinoCarbon Innovation & Investment Co. antara Maret-Juli.
Sementara itu, lebih dari separuhnya memprediksikan bahwa puncak emisi karbon China akan tercapai paling lambat pada 2025.
Laporan itu menggarisbawahi kepercayaan industri terhadap upaya China untuk memenuhi target pembatasan emisi pada tahun 2030 seiring dengan langkah negeri tirai bambu beralih ke energi terbarukan serta membatasi tenaga batu bara.
China juga telah berkomitmen untuk memulai pasar perdagangan karbon nasional akhir tahun ini demi mengurangi emisi.
Hampir 50% partisipan dalam survei tersebut memperkirakan China akan merampungkan tujuan pasar karbon pada tahun 2020 dengan semua segmen utama, sedangkan 44% memperkirakan hal itu akan terjadi antara tahun 2021-2025.
Survei yang sama juga memperkirakan bahwa rata-rata harga karbon akan mencapai 74 yuan (US$11) per metrik ton pada tahun 2020, hampir dua kali lipat dari 38 yuan yang diperkirakan pada tahun 2017. Pada tahun 2025, harga karbon dapat melonjak menjadi 108 yuan per ton.
Sekitar 38% dari pemangku kepentingan memperkirakan keputusan investasi pada tahun 2017 akan terpengaruh secara signifikan atau sampai batas tertentu oleh perdagangan karbon.
Hingga 2025, China diperkirakan akan beralih ke upaya perdagangan karbon, pajak lingkungan, pengungkapan informasi, dan perdagangan kuota energi untuk mengurangi emisi.
Sekitar 95% dari partisipan survei mengatakan bahwa undang-undang tingkat negara bagian atau pemerintah pusat diperlukan untuk menjaga kepatuhan terhadap peraturan perdagangan karbon. Sekitar 61% pemangku kepentingan berpikir bahwa pasar karbon China akan dikaitkan dengan sistem internasional lainnya pada tahun 2030.