Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dinilai perlu berinvestasi lebih banyak untuk dapat mengantisipasi cuaca ekstrem dan perubahan iklim yang dapat menyebabkan banjir. Kota-kota besar di Indonesia ditaksir dapat mengalami kerugian hingga US$453 miliar di masa depan jika tidak dapat menanggulangi bencana banjir.
Fakta tersebut merupakan hasil studi yang dilakukan produsen pompa global, Grundfos dan Eco-Business. Eco-Business juga fokus pada keberlanjutan perubahan sosial di Asia Tenggara dan telah mengeluarkan riset bertajuk Flood Controls in Southeast Asia.
Research Director Eco-Business Research, Tim Hill menyampaikan menurut responden yang terdiri dari para ahli, suhu rata-rata dan curah hujan di Indonesia kian meningkat. Belakangan, musim hujan dan musim kemarau di Indonesia bahkan sulit diprediksi.
“Meski pemerintah Indonesia menjalankan berbagai solusi mitigasi banjir, responden merasa ada kebutuhan akan lebih banyak sumber daya dan dana untuk diinvestasikan di area ini. Peningkatkan partisipasi masyarakat juga dibutuhkan, terutama dalam pembebasan lahan dan pengelolaan lingkungan,” ujar Tim menyertai studi tersebut, Selasa (24/10/2017).
Tim juga menekankan bahwa kolaborasi lebih lanjut antarkementerian dan lembaga di Indonesia diperlukan untuk memastikan perencanaan terpadu demi pengelolaan banjir yang efektif. Responden juga menyarankan adanya kolaborasi lintas batas geografis dengan negara-negara tetangga karena risiko perubahan iklim juga dihadapi oleh sebagian besar negara di Asia Tenggara.
Sementara itu, SIMP Project Sales Director Grundfos, Allan Jessen menyebut banjir telah menjadi persoalan yang kerap terjadi di sebagian besar wilayah dataran rendah di kota-kota besar di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Menurutnya, hal tersebut diperparah dengan pertumbuhan penduduk, curah hujan tahunan yang tinggi dan keterbatasan ruang. Penurunan permukaan tanah disertai industrialisasi dan urbanisasi semakin memperburuk situasi.
"Penting untuk dapat meminimalisasi kerusakan akibat banjir melalui pengelolaan sumber daya air terpadu. Penerapan teknologi cerdas seperti sensor, grafik animasi hujan, dan solusi pemompaan cerdas adalah kunci untuk menanggulangi banjir di Indonesia,” ujarnya.
Berdasarkan laporan Organisation for Economic Co-operation and Development, pada tahun 2070, kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Palembang, Surabaya, dan Makassar diproyeksikan akan kehilangan aset senilai total US$453 miliar yang disebabkan oleh cuaca buruk seperti banjir, di mana Jakarta sendiri diperkirakan akan mengalami kerugian sebesar US$321 miliar.