Bisnis.com, PEKANBARU – Bank Indonesia Provinsi Riau mendorong kelompok tani di Kabupaten Kampar untuk mengembangkan sayuran dan tanaman holtikultura secara organik.
Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Perwakilan Riau Irwan Mulawarman mengatakan saat ini harga sayuran organik memang lebih mahal dibandingkan sayur biasa.
“Padahal mengolah dan mengembangkan sayuran secara organik itu biayanya lebih murah, tetapi harga jual di pasar lebih mahal karena produknya terbatas, karena itu kami dorong petani Kampar ini supaya ke organik,” katanya saat pengukuhan Gabungan Kelompok Tani Sayuran di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Jumat (15/9).
Untuk mewujudkan hal itu, Bank Indonesia akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada Gapoktan di Kecamatan Tapung ini, sehingga mampu mengolah tanaman sayuran organik secara mandiri.
Selain membantu mengolah sayuran secara organik, Gapoktan ini juga diharapkan bisa menghasilkan pupuk supervokasi, pupuk organik, sampai mengolah tanah menjadi media tanam sayuran yang baik.
Di sektor hilirnya, petani diarahkan untuk memasarkan produksi sayuran langsung ke pasar yang ada di Pekanbaru, sehingga bisa menekan kerugian akibat kontrol harga dari tengkulak yang biasanya rendah dibandingkan harga pasar.
“Untuk penjualan atau hilirnya kami harap pedagang bisa jual langsung ke pasar di Pekanbaru, bukan ke tengkulak lagi supaya bisa mendapatkan hasil penjualan dengan nilai lebih baik,” katanya.
Ketua Gapoktan Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Suwarno mengatakan ada empat kelompok tani yang tergabung di kelompok itu yakni Poktan Pelangi, Maju Lestari, Cimaru, dan Indah., yang mengelola kebun sayuran mencapai 25 hektare di daerah itu.
Petani setempat mengembangkan sayuran seperti bayam, kangkung, slada, pakcoi, sawi, kemangi, gambas, paria, cabai, jagung, singkong dan lainnya. Tetapi belum semua sayuran itu ditanam dengan sistem organik karena keterbatasan dukungan peralatan dan lainnya.
Pihaknya berharap dengan dukungan Bank Indonesia, produksi sayuran dan penghasilan yang didapatkan bisa lebih baik dibandingkan saat ini.
“Kami bersyukur dengan program pendampingan dan pelatihan dari BI ini, semoga produksi kami bisa lebih baik dengan organik ini dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Pekanbaru dan sekitarnya,” katanya.
Adapun sebelumnya kebutuhan sayuran di Pekanbaru dan sekitarnya masih dipenuhi oleh pasokan asal Sumatra Barat, sehingga dapat menimbulkan inflasi saat pasokan terhambat dari daerah tersebut.