Bisnis.com, JAKARTA — Harga barang-barang grosir di Jepang secara year on year (yoy) berhasil tumbuh pada laju tercepatnya selama sembilan bulan terakhir pada Agustus.
Kondisi ini diharapkan mampu memacu tingkat inflasi nasional untuk mencapai target 2% Bank Sentral Jepang (BOJ).
Dalam laporannya, BOJ menyebutkan bahwa peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan komoditas dari China sehingga turut mengdongkrak barang-barang grosir Jepang.
Namun demikian, sejumlah analis memperingatkan bahwa kenaikan harga grosir belum cukup kuat untuk memicu lonjakan serupa pada harga barang ritel.
"Kenaikan ini lebih banyak didorong oleh barang-barang yang dipengaruhi oleh harga komoditas global dan juga permintaan China,” kata Toru Suehiro, ekonom pasar senior di Mizuho Securities, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (13/9/2017)
Suehiro mengatakan dorongan terhadap laju inflasi terbilang masih cukup lemah untuk barang-barang seperti produk mesin.
Dia memperkirakan, inflasi akibat harga grosir kemungkinan akan mencapai puncaknya pada Oktober.
Seperti diketahui, BOJ melaporkan, harga grosir naik 2,9% pada Agustus secara yoy atau melanjutkan keniakan selama delapan bulan beturut-turut. Hal ini menandai laju pertumbuhan tercepat sejak Oktober 2008.