Bisnis.com, JAKARTA — Setelah mengancam menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Bebas Amerika Utara (NAFTA), Presiden AS Donald Trump kembali meluncurkan ancaman serupa pada kerja sama dagang bebas lima tahunan dengan Korea Selatan.
Berdasarkan laporan dari The Washington Post, Trump dikabarkan sedang berdiskusi dengan para penasihat ekonominya terkait kelanjutan kerja sama dagang dengan Korsel. Sumber dari media tersebut mengatakan, proses penarikan diri kemungkinan besar dilakukan pada pekan ini. Hal itu dilakukan setelah Trump merasa sang negara sekutu tersebut enggan menuruti sejumlah keinginan AS.
“Saya pikir topik ini [perjanjian AS –Korsel] sangat penting untuk terus dipikirkan dalam pikiran saya,” kata Trump tanpa memberikan keterangan lebih lanjut mengenai kelanjutan kebijakannya, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (3/9/2017).
Seperti diketahui, dalam perundingan kedua negara pada akhir bulan lalu, perwakilan dagang kedua negara gagal menemukan kata sepakat terkait perjanjian dagang bebas lima tahunan mereka.
Kepala Perwakilan Dagang AS dalam pertemuan itu menghendaki agar Korsel menekan surplus perdagangannya dengan AS. Selain itu AS juga menghendaki agar hambatan berbisnis di Korsel dikurangi.
Lighthizer mengatakan bahwa defisit perdagangan AS terhadap Korsel telah meningkat dua kali lipat dari US$13,2 miliar pada 2011 menjadi US$27,6 miliar pada tahun lalu.
Menanggapi hal tersebut, Seoul berpendapat bahwa perjanjian dagang kedua negara pada dasarnya saling menguntungkan. Pemerintah Korsel juga mengatakan bahwa perundingan dengan AS terkait kerja sama dagang bebas bilateral, tidak berarti bahwa Korsel akan menyerah untuk mengikuti keinginan Paman Sam untuk mengubah secara total kerjasama dagang tersebut.
"Sekarang bukan saatnya bagi Washington untuk menarik diri dari perjanjian bebas dengan Korsel. Sebab keretakan hubungan antara kedua negara adalah yang sejatinya diinginkan oleh Korut," Duyeon Kim, senior patner di Korean Peninsula Future Forum.
Menanggapi isu tersebut, salah satu pejabat Kementerian Perdagangan Korsel mengatakan bahwa pihaknya akan terus mewaspadai kebijakan tiba-tiba dari AS tersebut. Namun demikian, hingga berita ini diturunkan, Kementerian Perdagangan Korsel masih belum menerbitkan keterangan resmi.
“Kami pada dasarnya telah bersiap-siap dengan semua kemungkinan dan kami akan terus memantau setiap perkembangan yang ada,” kata pejabat yang enggan disebutkan namanya tersebut.