Bisnis.com, JAKARTA—Jumlah kontrak yang diberikan untuk membangun sejumlah proyek di negara-negara pengeskpor minyak di Teluk Arab mengalami penurunan pada semester I/2017.
Menurut data dari MEED Projects, nilai kontrak proyek baru dari enam negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC) sepanjang Januari-Juni 2017 mencapai US$69,3 miliar. Capaian tersebut turun dari periode yang sama pada tahun lalu, yang mencapai US$69,3 miliar.
Lembaga tersebut menyebutkan, penurunan tersebut disebabkan oleh harga minyak globala yang masih rendah, walaupun saat ini mulai menunjukkan pemulihan. Kondisi tersebut menyebabkan pemerintah negara di kawasan tersebut memperketat belanjanya.
“Tidak ada keraguan lagi, bahwa dua tahun terakhir menjadi periode yang sult bagi negara pengekspor minyak, karena belanja pemerintah terus melambat,” kata Ed James, direktur konten dan analisis di MEED Projects, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (20/8/2017).
Penurunan terbesar terjadi di Bahrain, di mana kontrak proyek baru di negara ini turun 84% menjadi hanya US$917 juta. Sementara itu, penurunan yang tajam juga terjadi di Kuwait, yang melemah 46% menjadi US$6,9 miliar. Adapun di Uni Emirat Arab, nilai kontrak proyek baru turun 13% menjadi US$21,3 miliar.
Hal yang berbeda terjadi di Arab Saudi, di mana kontrak baru semester I/2017 naik 12% dari periode yang sama tahun lalu menjadi US$15,8 miliar. Fenomena itu terjadi lantaran pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang menempuh langkah baru dengan mengubah arah perekonomian nasionalnya dan melakukan sedikit perbaikan dalam postur anggarannya.
Namun demikian, MEED meramalkan kontrak proyek baru akan kembali meningkat pada paruh kedua tahun ini, yakni mencapai US$61 miliar. Jumlah tersebut akan membuat nilai total kontrak proyek baru akan menjadi US$117 miliar pada tahun ini.