Bisnis.com, JAKARTA—Isu mengenai semakin meningkatnya tensi perselisihan AS-Korut, renegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dan kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan akan membayangi keputusan para investor global di pasar pada pekan depan.
Perselisihan antara AS dan Korut diperkirakan akan semakin meningkat tatkala media yang terafiliasi dengan Partai Buruh Korut, Rodong Sinmun mengabarkan bahwa 3,5 juta orang di negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un tersebut siap bergabung sebagai tentara nasional untuk berperang dengan AS.
“Mereka adalah rakyata dari berbagai kalangan, seperti petani, karyawan swasta dan pelajar,” tulis Rodong Sinmun seperti dikutip dari Reuters, Minggu (13/8/2017).
Fenomena itu membuat para investor selama akhir pekan lalu, mulai mengasuransikan surat utang Korea Selatan untuk mengantisipasi terjadinya default. Pasalnya, Negeri Ginseng diperkirakan sebagai negara yang paling besar mendapatkan dampak negatif dari perang yang akan terjadi antara AS dan Korut.
Selain itu, sentimen lain juga diperkirakan akan muncul dari proses pertemuan antara AS, Meksiko dan Kanada pada 16 Agustus. Ketiganya dijadwalkan akan melakukan renegosiasi pakta perdagangan bebas NAFTA.
Kanada dan Meksiko dalam renegosiasi tersebut meminta agar mekanisme penyelesaian perselisihan dalam perdagangan ketiga negara ada dalam kesepakatan yang baru. Sistem tersebut dalam perjanjian NAFTA yang lama, terdapat pada Bab 19. Namun, Washington dalam hal ini enggan untuk memasukkan mekanisme tersebut dalam pakta perdagangan yang baru nantinya.
"Memiliki mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif sangat penting dalam kesepakatan perdagangan apapun. Kami inigin membicarakan mekanisme ini dengan para mitra kami [AS & Meksiko]," kata Menteri Luar Negeri Chrystia Freeland.
Sentimen ketiga pada pekan depan adalah rencana kebijakan moneter AS selanjutnya. Pasar akan sangat menunggu rilis notulensi pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC) yang dirilis pada 15 Agustus waktu AS.