Bisnis.com, SURABAYA – Kalangan pelaku industri makanan dan minuman nasional memangkas target pertumbuhan industri tahun ini menjadi 7% dari sebelumnya sebesar 8%, menyusul kinerja sektor tersebut yang tidak terlalu menggembirakan pada kuartal II/2017.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), industri makanan dan minuman (mamin) pada kuartal II/2017 tumbuh 7,19%. Capaian tersebut lebih rendah dari pertumbuhan pada kuartal I/2017 yang sebesar 8,15%. Sepanjang 2016, industri tersebut tumbuh 8,5%.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman menuturkan pemangkasan target tersebut merupakan penyesuaian industri terhadap kondisi daya beli masyatakat yang terpantau masih rendah. Apalagi, pemerintah belum memiliki langkah khusus untuk mendongkrak konsumsi.
"Kalau kita lihat di kuartal I memang cukup baik, [pertumbuhan industri mamin] sampai 8,15%, tapi di kuartal II agak lesu ke 7,19%. Di awal tahun, pengusaha pasang target pertumbuhan mamin 8%, tapi sekarang kami turunkan jadi 7%," jelas Adhi usah membuka pameran Eastfood & Eastpack 2017 di Surabaya, Selasa (9/8/2017).
Adhi menuturkan meski mengalami kelesuan, industri makanan dan minuman terbilang masih prospektif dengan angka pertumbuhan di kisaran 7%--8% secara nasional. Pelaku usaha berharap pemerintah dapat memantik kembali daya beli konsumen.
Gapmmi mencatat industri mamin tumbuh nyaris dua digit pada kuartal saat ada momentum puasa dan lebaran. Kendati demikian, penjualan pada tahun ini sangat merosot, ditandai dengan tingginya aktivitas retur produk dan order dari ritel pada pabrik yang cenderung melambat.
“Kuartal II ini 7,15%, bandingkan dengan tahun lalu yang kuartal duanya kita tumbuh 9%-an. Ini penurunannya sampai 2 persentase poin. Sejak awal puasa anggota saya sudah menyapaikan bahwa pembelian lesu. Itu juga di-confirm sama data dana pihak ketiga oleh Bank Indonesia kemarin,” jelas Adhi.