Bisnis.com, JAKARTA—Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berjanji akan lebih memfokuskan diri pada pemacuan perekonomian nasional melalui sejumlah kebijakan baru pada sisa masa kepemimpinannya tersebut.
Pernyataan Abe ini seolah menjawab kritikan sejumlah analis dan ekonom, yang menilai kebijakan ekonomi Abe atau disebut ‘Abenomics’ selama ini tak terlalu bertaji. Mereka menyebutkan bahwa Abe seolah sengaja membiarkan Bank Sentral Jepang (BOJ) bekerja sendiri menangani deflasi berkepanjangan di negara tersebut.
“Perekonomian akan menjadi prioritas kami. Sebab kami ingin agar tren deflasi segera berakhir. Menteri Ekonomi Toshimitsu Motegi akan mengawasi upaya reformasi struktural kami,” katanya, saat memberikan konferensi pers usai melakukan reshuffle kabinet, Kamis (3/8/2017).
Seperti diketahui, dalam proses reshuffle kabinet tersebut, Abe mencopot jabatan Nobuteru Ishihara sebagai Menteri Ekonomi Jepang dan menggantinya dengan Motegi. Adapun, Motegi sendiri sebelumnya sempat menduduki jabatan sebagai Menteri Perdagangan Jepang pada 2012.
Proses pengocokan ulang kabinet oleh Abe ini merupakan salah satu upayanya untuk meningkatkan kepercayaan publik padanya.
Pasalnya, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh surat kabar Mainichi bulan lalu, dukungan untuk kabinet Abe tercatat merosot menjadi 26%. Level itu menjadi posisi terendah sejak dia menjabat sebagai Perdana Menteri pada tahun 2012.
Sementara itu, jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Nikkei menunjukkan turunnya dukungan menjadi 39% pada Juli atau turun 10% dari Juni.
Adapun dengan, adanya komitmen Abe untuk memfokuskan diri pada perekonomian nasional, para ekonom menyarankan agar dia mengoptimalkan pertumbuhan upah nasional yang saat ini terlampau lambat.