Kabar24.com, JAKARTA — Polisi menyelidiki kemungkinan 153 orang warga negara China yang ditangkap pada Sabtu (29/7) di berbagai tempat atas dugaan sebagai sindikat internasional kejahatan siber adalah korban.
Wadirkrimum Polda Metro Jaya AKBP Didik Sugiarto mengatakan berdasarkan informasi yang mereka peroleh begitu masuk ke Indonesia, paspor para warga negara China ini langsung diamankan oleh satu bagian dari kelompok yang mendatangkan mereka.
Oleh karena itu, pihaknya saat ini sedang menyelidiki kemungkinan apakah ke 153 orang ini merupakan korban kelompok lain yang dimasukkan dengan cara tidak sah atau menyalahi ketentuan atau memang merupakan murni bagian dari para pelaku penipuan.
“Analisa kita, mereka masuk sudah direncanakan untuk melakukan kejahatan, tapi apakah semua yang masuk itu dari awal memang bagian dari pelaku atau mereka juga korban dari kelompok ini? Ini menjadi materi kita untuk kita dalami,” katanya, Senin (31/7/2017).
Sementara itu Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Pol Fadil Imran menyampaikan ke 153 orang ini dimasukkan ke Indonesia dan dijanjikan untuk dipekerjakan sebagai operator telekomunikasi dengan gaji mencapai Rp40 juta per bulan. Namun, menampik jika mereka merupakan korban tindak pidana penyelundupan orang [TPPO].”
“Enggak lah, bukan TPPO ini murni sindikat penipuan,” katanya.
Namun, Jika diperhatikan, pola yang diterapkan pada para pelaku penipuan ini memang tidak jauh berbeda dengan pola yang diterapkan pada sejumlah tenaga kerja Indonesia yang bekerja secara ilegal di luar negeri. Di mana mereka masuk ke sebuah negara dengan alasan melakukan perjalanan, tetapi niat sebenarnya adalah untuk bekerja. Pada umunya paspor para TKI Ilegal ini juga ditahan oleh pihak penyalur.
Lebih lanjut dia mengatakan dipilihnya Indonesia sebagai lokasi operasi kemungkinan didorong oleh sejumlah hal seperti izin masuk yang mudah, fasilitas internet yang mumpuni, biaya hidup yang terjangkau, serta komunikasi dengan orang-orang di Indonesia yang lebih mudah dan makanan yang relatif pas.
Indonesia bukan merupakan satu-satunya negara tempat mereka beraksi, adapula sejmlah negara lain seperti Thailand, Filipina, Vietnam, juga Kamboja. Di Indonesia sendiri mereka beraksi di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dan Batam.
Hingga kini polisi telah mengamankan 153 orang dari tiga kota yakni Jakarta, Surabaya, dan Bali. Namun, untuk pelaku yang berad di Batam masih dalam pengejaran sebab lokasi mereka kerap berpindah-pindah.