Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Merger dan Akuisisi di Asean Turun, Sektor Energi Paling Aktif

Kinerja merger dan akuisisi (M & A) di Asia tenggara tercatat senilai US$24,4 miliar yang hadir dari 180 transaksi pada semester I/2017 atau menurun 15,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Merger/Ilustrasi
Merger/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja merger dan akuisisi (M & A) di Asia tenggara tercatat senilai US$24,4 miliar yang hadir dari 180 transaksi pada semester I/2017 atau menurun 15,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Berbeda dengan kinerja semester I/2016 yang tampak lebih bergairah dengan cacatan M & A sebanyak 213 transaksi dengan akumulasi nilai US$28,8 miliar.

Amy Wu Senior Research Analyst Asia Pacific Mergermarket, mengatakan meski mengalami perlambatan, kinerja paruh pertama tahun ini memecahkan level tertinggi Mergermarket sejak 2001, yang datang dari 83 transaksi dengan total nilai US$18,4 miliar.

Kesepakatan tertinggi di Asia Tenggara selama semester I/2017 disumbangkan oleh investasi senilai US$7 miliar atas pembelian 50% saham Refinery & Petrochemical Integrated Development (RAPID) oleh Saudi Arabian Oil from Petroliam Nasional Berhad.

"Terlepas dari transaksi tersebut, China tetap menjadi pembeli utama dalam aktivitas inbound di Asean. Negara ini menyumbang 17,3% dari total inbound atau senilai US$3,2 miliar dengan 23 transaksi," tuturnya dalam keterangan resmi, Minggu (30/7/2017).

Tren positif terlihat dari aktivitas outbound yang terjadi di negara Asean, dengan 64 transaksi senilai US$5,9 miliar atau naik 14,56% (y-on-y).

Amy mengatakan sektor energi dan pertambangan menjadi sektor paling aktif, mewakili 39,5% transaksi, dengan nilai transaksi M & A senilai US$9,6 miliar atau 20 transaksi. Selain itu, sektor teknologi menyusul dengan sumbangsih nilai transaksi senilai US$3,1 miliar, transportasi (US$2,3 miliar), real estate (US$2,01 miliar, dan lainnya.

"Transaksi pembelian saham swasta di Asean menjadi sorotan pada periode ini, tercatat senilai US$3,6 miliar atau naik 1,5 kali dibandingkan dengan semester I/2016," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper