Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Luar Negeri Qatar menyatakan bahwa negaranya siap melakukan mediasi kepada negara-negara yang telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani juga menyatakan, demi memuluskan langkah mediasi, para pemimpin Qatar telah menunda pidatonya untuk menanggapi situasi terbaru.
Qatar dalam hal ini ingin memberikan kesempatan kepada Kuwait untuk menjadi penengah atas konfliknya dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Mesir, Libya, Maladewa, dan Yaman.
Keputusan itu diambil setelah pemimpin Qatar yakni Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani melakukan pembicaraan telepon dengan pemimpin Kuwait pada Senin (5/6/2017) malam.
Usai pembicaraan itu, baik Qatar maupun Kuwait sepakat akan memberikan panggung kepada pemimpin Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber al-Sabah sebagai mediator.
“Kami ingin mencoba berkomunikasi dan mengurai masalah ini dengan negara-negara yang memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Kami juga berjanji tidak akan melakukan tindakan balasan atas kebijakan tujuh negara itu,” kata Sheikh Mohammed, seperti dikutip dari Reuters (6/6/2017).
Keputusan Qatar memilih Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber al-Sabah sebagai penengah lantaran pemimpin Qatar Sheikh Tamim mengaku sangat menghormati pemimpin Kuwait tersebut. Di sisi lain, Kuwait juga berperan penting dalam meredakan keretakan di Teluk Arab pada 2014 lalu antara Qatar dengan Arab Saudi an UEA.
“Qatar percaya perbedaan antara negara tetangga harus diselesaikan melalui dialog," lanjut Sheikh Mohammed.