Kabar24.com, CHINA - Pemerintah China memperingatkan kapal perang Amerika untuk meninggalkan perairannya di sekitar Laut Cina Selatan.
Seperti dilansir Bloomberg, China mengatakan kapal tersebut melanggar wilayahnya dan merusak keamanan di wilayah tersebut.
Kapal perang Amerika memasuki perairan yang berdekatan dengan pulau-pulau Spratly, wilayah China yang memiliki "kedaulatan tak terbantahkan," ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan Ren Guoqiang dalam sebuah briefing di Beijing, Kamis (25/5/2017).
China "mengidentifikasi, melacak, memverifikasi, dan memperingatkan kapal tersebut."
Sementara itu, pihak Amerika menyebutkan mereka melakukan operasi kebebasan bernavigasi di Laut China Selatan yang pertama di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Kapal perang pembawa rudal penghancur ini (USS Dewey) melakukan patroli pada Rabu (24/5) di dekat pulau kara Mischief Reef, di sana China telah membangun pos armada yang dilengkapi lapangan terbang, demikian laporan Wall Street Journal.
Baca Juga
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, wilayah yang merupakan salah satu rute pelayaran tersibuk di dunia.
"Militer China secara tegas menentang perilaku Amerika yang meningkatkan kegiatan militer yang bisa berakibat kecelakaan yang mungkin terjadi," kata Ren.
"China telah membuat pernyataan serius kepada Amerika."
Menurut Journal. Amerika, langkah AS ditujukan untuk memberi isyarat kepada China bahwa mereka ingin terus menjaga jalur laut terbuka, melaksanakan operasi kebebasan bernavigasi dengan mengirim kapal angkatan laut dan pesawat terbang ke wilayah yang disengketakan untuk menunjukkan hak untuk terbang dan berlayar melalui apa yang dianggap sebagai perairan dan wilayah udara internasional.
Masa Kritis
Pemerintahan Presiden Donald Trump saat ini membutuhkan bantuan dari China perihal nuklir Korea Utara.
Sebelumnya dilaporkan bahwa China telah menolak operasi kebebasan bernavigasi meskipun ada permintaan langsung dari Komando Pasifik Amerika.
Departemen Pertahanan Amerika menolak berkomentar atas laporan Wall Street Journal.
Juru Bicara Jamie Davis hanya mengatakan bahwa pasukan Amerika sedang beroperasi di wilayah Asia Pasifik setiap hari, termasuk di Laut China Selatan.
"Amerika akan melanjutkan operasi kebebasan bernavigasinya secara reguler, ringkasan ini akan dirilis dalam laporan tahunannya," sebut Davis.
"Tampaknya pembuat keputusan Amerika berusaha bersikap responsif terhadap seruan untuk melanjutkan operasi FON menyusul laporan bahwa tidak ada yang bisa dilakukan tahun ini," tulis Graham Webster, pengamat dari China Yale Law School dalam sebuah email.
"Dengan mengatakan bahwa pemerintah tidak akan melakukan operasi lebih lanjut sebelum melakukan laporan tahunan, mereka mungkin berusaha untuk menghindari seruan publik yang terus-menerus untuk operasi FON," tambahnya.
Ren menekankan bahwa hubungan China dan Amerika Amerika sedang berada pada masa kritis, dan harus segera menstabilkannya demi kepentingan kedua belah pihak.