Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BANK INDONESIA: Likuiditas Perbankan di Kaltim Aman

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur memastikan likuiditas perbankan di wilayah tersebut masih relatif aman sepanjang kuartal I, meskipun pertumbuhan kinerja masih lambat.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, BALIKPAPAN - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur memastikan likuiditas perbankan di wilayah tersebut masih relatif aman sepanjang kuartal I, meskipun pertumbuhan kinerja masih lambat.

Bank sentral mencatat realisasi pertumbuhan kredit mencapai 1,62% secara tahunan, dengan total kredit tersalurkan sebanyak Rp66,7 triliun dan rasio kredit macet sebesar 8,40%.

Adapun penghimpunan dana pihak ketiga mencapai Rp85,2 triliun dengan pertumbuhan 2,49%. Adapun nominal aset mencapai Rp104 triliun pada periode yang sama.

"Masih relatif aman, level likuiditas masih sekitar 60-70%. Perbankan di daerah banyak yang merupakan kantor cabang, kalau kekurangan modal masih bisa dibantu kantor pusatnya," tutur Deputi Kepala Kpwk BI Kaltim Harry Aginta belum lama ini.

Sehingga, persoalan likuiditas pada perbankan di tingkat daerah sebenarnya tidak terlalu berkendala. Apalagi, perbankan juga gencar memperbaiki kualitas kreditnya.

Perbaikan kualitas kredit dengan pertumbuhan rasio kredit macet di Kaltim memang terpantau berkejaran sejak setahun belakangan. Tercatat pada 2016, rasio kredit macet masih berada di level 7,28%.

"Kalau perbankan berhasil menjual agunan, atau berhasil restrukturasi kredit macet, otomatis pencadangan modalnya untuk menutupi kredit macet akan berkurang," lanjut Harry.

Dia sendiri memprediksikan penghimpunan dana pihak ketiga akan membaik pada kuartal berikutnya, seiring dengan berjalannya pergerakan ekonomi di daerah.

Sebab pertumbuhan dana pihak ketiga sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian daerah yang notabene mempengaruhi pola penyimpanan dana atau investasi para nasabah.

Sejak lima tahun terakhir, tercatat penghimpunan dana masih didominasi oleh jenis tabungan. Pada kuartal pertama, pangsa tabungan mencapai 44,54%, disusul oleh deposito sebesar 33,86% dan giro sebesar 21,60%.

"Pola investasi masyarakat mengikuti pertumbuhan ekonomi, kalau masih wait and see, masyarakat akan memilih simpanan jangka pendek. Tapi kalau perekonomian tumbuh pesat, barulah minat investasinya naik," jelas Harry.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nadya Kurnia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper