Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat PMDN di Jabar Merosot

Angka realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada kuartal I 2017 di Jawa Barat mengalami penurunan dibanding penanaman modal asing (PMA).
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan/Antara
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan/Antara

Kabar24.com, BANDUNG—Angka realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada kuartal I 2017 di Jawa Barat mengalami penurunan dibanding penanaman modal asing (PMA).

Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Jabar Dadang Masoem mengatakan dalam realiasasi investasi Jabar pada periode triwulan I sudah mencapai 17,7% atau Rp 29,3 triliun.

"Realisasi sudah mencapai 28,17% dari target yang telah ditetapkan pemerintah pusat 2017 sebesar Rp 104 triliun,” katanya pada bisnis, Kamis (11/5).

Angka PMA ke Jabar ini menurutnya masih di atas DKI Jakarta yang hanya 11,6% atau Rp 24,2 triliun, dan Jawa Timur yang hanya 7,6% atau Rp12,6 triliun

Menurutnya angka realisasi tersebut disumbang dari PMA yang mencapai US$ 1,5 miliar atau 20,8% dari target yang ditetapkan Pusat dengan jumlah proyek mencapai 651.

“PMA Jabar nomer satu nasional, tapi PMDN merosot,” ujarnya.

Pihaknya mencatat dari sisi PMDN, mengalami penurunan dimana realisasi yang masuk hanya mencapai Rp 9,1 triliun. Dengan 180 proyek, PMDN hanya menopang 13% dari target yang dibebankan pusat pada Jabar.

Dadang mengakui ada perubahan capaian dibanding dua tahun ke belakang dimana PMDN mengalami peningkatan.

Pada 2016 lalu, realiasi investasi PMDN yang masuk ke Jabar mencapai Rp62,4 triliun,.Sementara jumlah tenaga kerja sebesar 77.744 orang naik sebesar 25.862 orang dari periode yang sama 2015 sebesar 51.882 orang.

“PMDN Jabar kalah sama Jawa Timur karena pengusaha lokal kita masih agak susah melapor,” tuturnya.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menurutnya sudah meminta agar pada 2017 ini Jabar bisa mendongkrak minat dan realiasi dari PMDN. Pusat menilai, potensi Jabar mencatat investasi dari pengusaha lokal terbilang tinggi karena itu butuh strategi khusus.

“Pusat sudah tahu potensi kami tinggi. Rencananya kami akan memberi insentif pada daerah untuk mencatat investasi PMDN lebih detil,” katanya.

Karena itu, pihaknya berharap investasi ke Jabar pada 2017 ini yang ditargetkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Rp120 triliun bisa ditopang oleh naiknya PMA.

Pada 2016 lalu, minat PMA membenamkan modal ke provinsi tersebut turun. “Kita rajin bekerjasama sister province dengan Negara lain untuk mendorong investasi,” ujarnya.

Salah satu yang dibidik adalah investasi yang datang dari Tiongkok dimana pada 2016 lalu baru mencapai Rp6,4 triliun.

"Itu sudah termasuk Hongkong. Jika dijumlahkan, jumlah penanaman modal asing dari Tiongkok itu berada pada urutan ketiga teratas setelah Jepang dan Singapura di Jabar," paparnya.

Terpisah, Wagub Jabar Deddy Mizwar memastikan salah satu Negara yang dibidik mengucurkan modal besar ke Jabar adalah Arab Saudi. Rencana investasi besar Negara tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan Raja Salman ke Indonesia tempo hari.

“Ada investasi besar yang sudah disepakati Arab Saudi,” tuturnya.

Investasi besar ini disepakati setelah Arab Saudi melakukan peninjauan lahan perkebunan Kopi Arabika di Garut, serta lahan pembangunan resort/kompleks pariwisata di Kabupaten Sukabumi pada bulan Februari-Maret 2017 lalu.

“Di lahan ini investor Arab Saudi telah menyatakan minatnya dan akan mengadakan kunjungan lanjutan pada Mei ini untuk meninjau lahan agrikultur,” cetusnya.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan sendiri berharap setelah ditetapkan menjadi Provinsi dengan penanaman investasi terbesar di Indonesia pada 2016 lalu seharusnya mampu menyerap tenaga kerja yang tinggi.

Selama ini dia menilai beberapa investor yang menamankan investasinya untuk sektor padat modal bukan padat karya.

Tahun lalu, sebanyak 1.545 proyek gabungan PMA dan PMDN ke Jabar hanya mampu menyerap 198.309 orang tenaga kerja.

“Harusnya pengangguran terserap kan gitu, nah ada apa dengan investasi ini? Jangan-jangan investasinya di sektor padat modal bukan padat karya. Oleh karena itu ke depan kita akan bedah seluruhnya dan akan kita arahkan agar investasi ini berdampak pada ketenagakerjaan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper