Kabar24.com, JENEWA - Kabar penggunaan senjata kimia dalam perang Suriah yang menewaskan sejumlah rakyat sipil termasuk anak-anak memancing kemarahan banyak kalangan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu (5/4), mengutuk dugaan penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Khan Shikhoun, Suriah, dan menyatakan WHO "khawatir" mengenai penggunaan bahan kimia beracun sebagai senjata di negara yang dicabik perang itu.
"Gambar dan laporan yang datang dari Idlib hari ini membuat saya terkejut, sedih dan marah," kata Peter Salama, Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, di dalam satu pernyataan.
"Senjata jenis ini dilarang oleh hukum internasional sebab merupakan kekejaman yang tak bisa ditolerir," ia menambahkan.
Kota Khan Shikhoun, terletak di pinggir selatan Idlib dan dikuasai gerilyawan, dilaporkan diserang dengan menggunakan bahan kimia pada Selasa (4/4), sehingga menewaskan tak kurang dari 70 orang dan melukai ratusan orang lagi, kata WHO.
WHO memperingatkan daya tampung rumah sakit di daerah itu untuk melayani keperluan orang yang cedera terbatas di tengah kekurangan obat dan kerusakan prasarana, demikian laporan Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Kamis (6/4/2017).
Organisasi yang berpusat di Jenewa tersebut menyatakan WHO telah mengirim obat penting seperti Atropine dan Steroid untuk layanan kesehatan di daerah itu, dan para ahli yang berpusat di Turki memberi saran mengenai cara terbaik mendiagnosis dan merawat pasien yang terpengaruh.
Di Washington, Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama juga mengutuk serangan kimia "yang mengerikan" di Suriah, dan mengatakan itu tak bisa ditolerir.
Berbicara dalam taklimat di Gedung Putih bersama dengan Raja Jordania Abdullah II, yang sedang berkunjung, Trump menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan gas pada Selasa di bagian barat-laut Suriah.
"Kematian mereka (para korban) adalah penghinaan buat umat manusia. Perbuatan keji ini oleh rejim (Bashar) al-Assad tak bisa ditolerir," kata Trump.
"Amerika Serikat mendukung semua sekutu kami di seluruh dunia untuk mengutuk serangan mengerikan ini dan semua serangan mengerikan lain ...," tambah Trump.
Saat menjawab pertemuan wartawan apakah serangan tersebut "melintasi" garis merah, Trump berkata, "Itu melewati amat, banyak garis."
Ditambahkan Trump, sikapnya terhadap Bashar "telah berubah sangat banyak".
Trump tidak memberi perincian, tapi itu dipandang sebagai sinyal mengenai perubahan pikirannya setelah pernyataan belum lama ini oleh para pejabat AS bahwa prioritas pemerintah Trump mengenai Suriah bukan lagi menggulingkan Bashar dari kekuasaan.
Pemerintah AS sebelumnya di bawah Barack Obama berkeras Bashar tak boleh memainkan peran dalam penyelesaian krisis Suriah.
Pemerintah Portugal pada Rabu juga bergabung untuk mengecam serangan bahan kimia di Suriah, dan mengatakan itu adalah "bukti dari kekejaman dan konflik di negeri itu".
Kementerian Urusan Luar Negeri Portugal mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa penyelidikan mesti dilakukan setelah dikonfirmasi bahwa serangan bahan kimia dilakukan di Provinsi Idlib di Suriah.