Kabar24.com, JAKARTA - Menteri Dalam Negeri Inggris Amber Rudd meminta perusahaan teknologi lebih banyak bekerja sama dengan lembaga penegak hukum dan harus berhenti menawarkan tempat rahasia untuk teroris berkomunikasi dengan menggunakan pesan terenkripsi, seperti dikutip dalam Reuters pada Senin (27/3/2017).
Media lokal melaporkan bahwa pria kelahiran Inggris Khalid Masood mengirim pesan terenkripsi sesaat sebelum membunuh empat orang pekan lalu, dengan menggunakan mobilnya ke pejalan kaki dan menusuk polisi saat dia mencoba untuk masuk ke parlemen, dalam serangan 82 detik yang melanda teror di jantung kota London.
Mungkin ada kesulitan dalam mengambil data perusahaan teknologi di Amerika Serikat, para pejabat telah mencoba untuk membuat perusahaan teknologi AS memberikan jalan terkait enkripsi, pembicaraan yang telah meningkat sejak penembakan massal di San Bernardino.
"Ini benar-benar tidak dapat diterima, seharusnya tidak ada tempat bagi teroris untuk bersembunyi. Kita perlu membuat organisasi memastikan seperti WhatsApp, dan ada banyak orang lain. seperti itu, tidak memberikan tempat rahasia untuk teroris untuk berkomunikasi satu sama lain," ujarnya.
Dia menambahkan perlu dipastikan bahwa layanan intelijen memiliki kemampuan untuk masuk ke enkripsi WhatsApp dalam situasi tertentu.
Menurutnya, adalah hal yang berbeda ketika FBI meminta Apple membuka iPhone dari slaah stau penembak di San Bernardino.
"Ini hal yang berbeda, kami ingin mereka mengakui bahwa mereka memiliki tanggung jawab utnuk terlibat dengan pemerintah, lembaga penegak hukum ketika ada situasi teroris," katanya.
Menurut majalah teknologi Wired, end-to-end enkripsi berarti pesan hanya dapat diterjemahkan oleh penerima, bukan oleh siapa saja di antaranya, termasuk perusahaan yang menyediakan layanan tersebut.
Brian Paddick, juru bicara urusan rumah untuk oposisi Liberal Demokrat dan Mantan Wakil Asisten Komisaris di Kepolisian Metropolitan, mengatakan layanan keamanan bisa melihat "isi pesan terenkripsi tersangka teroris.
"Pertanyaan sebenarnya adalah, apakah hidup bisa diselamatkan di London pekan lalu jika enkripsi end-to-end telah dilarang? Semua bukti menunjukkan bahwa jawabannya adalah tidak," katanya.