Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tak Ingin Ada Perang Dagang Dengan AS

Perdana Menteri China Li Keqiang pada Rabu (15/3/2017) mengatakan Beijing tidak ingin menyaksikan adanya perang dagang dengan Amerika Serikat dan meminta kedua pihak untuk berunding menyelesaikan perkara.
Presiden Xi Jinping dan  PM China Li Keqiang berbicara dalam pembukaan National People's Congress di Great Hall of the People, di  Beijing,China/Reuters
Presiden Xi Jinping dan PM China Li Keqiang berbicara dalam pembukaan National People's Congress di Great Hall of the People, di Beijing,China/Reuters

Bisnis.com, BEIJING -  Perdana Menteri China Li Keqiang pada Rabu (15/3/2017)  mengatakan Beijing tidak ingin menyaksikan adanya perang dagang dengan Amerika Serikat dan meminta kedua pihak untuk berunding menyelesaikan perkara.

"Kami tidak ingin menyaksikan adanya perang dagang antara kedua negara, yang tidak akan membuat pertukaran barang menjadi seimbang," kata Li dalam konferensi pers tahunan.

"Kami dari China berharap, hubungan dengan Amerika Serikat bisa terus bergerak ke arah yang positif," kata dia.

"Kedua negara memang mempunyai metode statistik yang berbeda, namun kami percaya perbedaan itu bisa selesai dengan berunding bersama-sama untuk mencapai solusi," kata Li.

Media di Amerika Serikat melaporkan bahwa Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jonping akan bertemu di Florida pada bulan depan.

Trump berulang kali mengecam Beijing untuk sejumlah persoalan, dari perdagangan sampai ke sengketa wilayah Laut China Selatan.

Saat berkampanye sebelum terpilih menjadi presiden, Trump juga sempat menyebut China sebagai manipulator nilai mata uang dan mengancam akan menerapkan tarif impor yang besar bagi barang-barang asa China.

Hingga saat ini Trump masih belum memenuhi janji tersebut.

Perdagangan antara Amerika Serikat dan China memang tidak seimbang. Neraca menunjukkan bahwa Beijing punya surplus sebesar 366 milyar dolar AS pada 2015 lalu.

Bulan Februari, Trump untuk pertama kali bertemu muka dengan salah satu pemimpin senior dari Beijing, Yang Jeichi, kepala urusan luar negeri yang posisinya lebih tinggi dibanding menteri luar negeri.

Sementara itu Li menegaskan bahwa hubungan antara China dengan Amerika Serikat dibangun atas dasar kesepahaman kebijakan "satu China", di mana Washington mengakui Taiwan sebagai bagian dari negara tersebut.

"Kebijakan 'satu China' masih tidak tergoyahkan meski situasinya telah berubah. Fondasi tidak boleh terancam," kata dia.

Pada bulan Desember tahun lalu, Trump sempat memicu kemarahan Beijing karena berbicara langsung lewat sambungan telepon dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Dia juga mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak terikat dengan kebijakan "satu China" dan akan meninggalkannya jika berdampak positif bagi neraca perdagangan.

Namun beberapa saat kemudian setelah berbicara dengan Presiden Xi lewat telepon, Trump menarik ucapannya dan akan menghormati kebijakan "satu China".


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper