Bisnis.com, JENEWA - Hingga Minggu (5/3), sebanyak 206.520 orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat operasi yang berlangsung di Mosul, mulai 17 Oktober 2016, demikian hasil pemantauan oleh Organisasi Internasional bagi Migran (IOM).
Menurut data terkini yang diperlihatkan oleh sistem Matriks Pelacakan Pengungsi (DTM) IOM, orang yang kehilangan tempat tinggal itu berasal dari 34.420 keluarga, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin (6/3/2017) pagi.
DTM adalah salah satu sistem management penerangan IOM yang dirancang untuk melacak dan memantau orang yang mengungsi selama krisis.
Pada Jumat pagi (3/3), seorang pejabat PBB memperingatkan kenaikan serius jumlah orang yang menjadi pengungsi telah dicatat dalam beberapa hari belakangan. Jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal dari Mosul pada Jumat tersebut mencapai 191.000.
Data terkini PBB, yang disiarkan pada Jumat, memperlihatkan ada lebih dari 100.000 anak mengungsi dari Mosul, sejak awal operasi untuk merebut kembali kota itu. Di antara mereka, sebanyak 15.000 anak telah meninggalkan Mosul Barat selama satu pekan belakangan.
Menurut perkiraan PBB, sebanyak 250.000 orang mungkin dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat bentrokan sengit di bagian barat kota tersebut, tempat sebanyak 750.000 orang terjebak.
Operasi yang berlangsung untuk membebaskan sisi barat Kota Mosul dari anggota IS telah mendorong sebanyak 57.000 warga sipil meninggalkan rumah mereka, kata Pemerintah Irak pada Ahad.
"Beberapa tim yang berafiliasi kepada Kementerian Migrasi Irak telah menerima lebih dari 57.000 warga seipil" selama operasi militer 15 hari belakangan di sisi barat Mosul, kata satu pernyataan dari Jassim Mohammed Al-Jaf, Menteri Migrasi dan Pengungsi Irak.
Kementerian Migrasi menyediakan pasokan darurat, termasuk makanan dan obat buat pengungsi, kata Jaf. Ia menambahkan Kementerian Irak itu juga siap menerima sebanyak 100.000 orang di berbagai kampnya di dekat Mosul.
Jumlah seluruh warga sipil yang mengungsi mencapai 286.000 orang sejak awal operasi besar untuk membebaskan Mosul pada 17 Oktober, tambah Jaf.
Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi, yang juga adalah Pangelima Tertinggi Angkatan Bersenjata, pada 19 Februari mengumumkan dimulainya serangan untuk mengusir gerilyawan garis keras dari sisi barat Kota Mosul, yang oleh warga setempat dikenal dengan nama Tepi Kanan Sungai Tigria, yang membelah kota itu.
Pada akhir Januari, Al-Abadi mengumumkan pembebasan sisi timur Kota Mosul, atau Tepi Kiri Sungai Tigris, setelah lebih dari 100 hari pertempuan melawan anggota IS.
PBB memperkirakan sebanyak 750.000 sampai 800.000 masih tinggal di sisi barat Mosul, yang dapat menjadi tantangan buat pasukan irak saat tentara memasuki jalan sempit kota tersebut di permukiman padat penduduk.
Mosul, 400 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, telah berada dalam kekuasaan IS sejak Juni 2014, ketika pasukan Pemerintah Irak meninggalkan senjata mereka dan menyelamatkan diri, sehingga petempur IS bisa menguasai banyak wilayah Irak Barat dan Utara.
206.520 Orang Dipaksa Tinggalkan Rumah di Mosul
Hingga Minggu (5/3), sebanyak 206.520 orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat operasi yang berlangsung di Mosul, mulai 17 Oktober 2016, demikian hasil pemantauan oleh Organisasi Internasional bagi Migran (IOM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
6 jam yang lalu
China Kembali Berlakukan Bebas Visa bagi Warga Jepang
8 jam yang lalu