Kabar24.com, MALANG—Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengejar target agar semua program studi (prodi) di perguruan tinggi tersebut bisa berstandar atau mendapatkan pengakuan internasional.
Rektor UMM Fauzan mengatakan sampai saat ini sudah ada prodi yang mendapatkan pengakuan dari lembaga penilai internasional, yakni ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA).
Prodi dimaksud adalah teknik industri, teknik informaitka, tarbiyah, syariah, dan bahasa Arab, agroteknologi dan kehutanan Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kedokteran.
“Kami terus mengejar pengakuan dari lembaga penilai internasional. Ada 47 Prodi di UMM,” ujarnya di Malang, Jumat (10/2/2017).
Penilaian atas Prodi tersebut mirip dengan penilaian pemberian akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Peneliannya bersifat menyeluruh.
Dia mengakui, untuk menyiapkan prodi di UMM agar mendapatkan pengakuan dari lembaga penilai internasional, tidak murah. Satu Prodi membutuhkan dana sampai ratusan juta rupiah.
Namun langkah itu tetap perlu ditempuh untuk mengejar target UMM menjadi perguruan tinggi yang eksistensinya diakui secara internasional.
Program internasionalisasi UMM, kata dia, juga dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi terkemuka di dunia, baik di Asia, Amerika Serikat, Timur Tengah, juga Eropa.
Kerja sama tersebut didesain untuk menguntungkan kedua belah pihak. “Seperti saat mahasiswa dari perguruan tinggi asing kuliah di UMM, maka yang menangung biayanya UMM. Begitu juga sebaliknya,” ujarnya.
Agar UMM lebih disegani terkait dengan kerja sama internasional dengan perguruan tinggi lainnya, kata dia, maka perguruan tinggi Muhammadiyah itu terus berusaha meningkatkan sumber daya manusianya, terutama dosen.
Semua dosen didorong untuk mencapai gelar doktor, bahkan guru besar. Di sisi lain, mereka harus produktif dalam menelorkan karya ilmiah, seperti menghasilkan penelitian yang penting, rajin menulis di jurnal internasional, mengikuti kegiatan simposium dan seminar internasional, menerbitkan buku, dan lainnya.
Dengan cara itu, maka dosen UMM akan lebih dikenal di forum internasional. Dengan cara itu pula, maka UMM akhirnya tidak sulit mencari mitra perguruan tinggi kelas satu di negara-negara maju untuk diajak bermitra.
Jika jaringan UMM dan perguruan tinggi luar negeri kelas satu sudah terbentuk, maka jalan menjadikan UMM berkelas internasional menjadi lebih mudah.
Pengiriman tenaga dosen ke perguruan-perguruan tinggi ternama di luar negeri menjadi lebih terbuka lebar.
Setelah datang dan kembali mengajar dan berkiprah di UMM, maka tenaga dosen tersebut diharapkan bisa mewarnai wawasan intelektualitas di dalam negeri.
“Nantinya diharapkan UMM jadi kiblat nasional. UMM akan dilirik untuk diminta pendapat oleh pemerintah jika membutuhkan solusi-solusi akademis dalam berbagai bidang,” katanya.