Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini pertumbuhan ekonomi 2017 dapat di atas ekspektasi karena tambahan peningkatan penerimaan didorong oleh pulihnya harga komoditas dan perluasan basis pajak pascaprogram tax amnesty.
Wapres mengatakan dalam dua tahun terakhir, harga komoditas penopang ekspor seperti batubara dan kelapa sawit memang tertekan, yang berdampak pada penerimaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah.
“Pendapatan masyarakat dan pendapatan negara akan jauh lebih baik, utamanya di daerah tertentu seperti Kalimantan, karena harga batu bara sudah naik, palm oil sudah naik. Dan juga mineral lainnya sudah naik dibandingkan dengan tahun lalu,” katanya di Kantor Wakil Presiden, Jumat (10/2/2017).
Kini, Kalla mengatakan harga batu bara telah menyentuh kisaran harga US$80/ ton atau lebih baik karena pernah mencapai US$50/ton. Harga komoditas kelapa sawit dan nikel kini juga telah merangkak karena produksi dari China yang turun.
Harga minyak dunia juga menunjukkan penguatan dari tahun lalu yang pernah menyentuh US$30/barel menjadi diatas US$50/barel. Menurut JK, hal ini akan mengerek pendapatan negara dari sektor minyak.
Selain itu, program tax amnesty yang akan berakhir pada Maret 2017 dinilai membuka pintu basis perpajakan yang lebih besar, sehingga penerimaan dari pos pajak akan jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
“Efektivitasnya [APBN] saya yakin lebih baik, dari dua itu saja lebih baik. Pertumbuhan ekonomi 2017 diharapkan sedikit lebih baik,” ujarnya.
Kendati demikian, Wapres mengatakan pemerintah mewaspadai risiko yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional yang berasal dari situasi global, utamanya kebijakan perdagangan internasional antara Amerika Serikat dan China pascaterpilihnya Presiden Donald Trump.
“Walaupun masih ada risikonya, tapi dibandingkan dengan masalah-masalah tahun lalu ini jauh lebih baik, yakni di komoditas dan perkembangan ekonomi yang lainnya. Sehingga kita lebih optimis lagi,” ujar JK.
Dalam APBN 2017, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 5,1%, atau hanya tipis diatas realisasi tahun lalu 5,02%. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan APBN yang kredibel.
Saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Menko Perekonomian Darmin Nasution berujar bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bisa melesat hingga 5,8% apabila pasar baru ekspor untuk produk asal Indonesia dapat ditembus.
“Anda tahu kan baselinenya 5,1%. Kita melihat dia [pertumbuhan ekonomi] bisa bergerak diantara 5,4-5,7% bahkan 5,8%,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution usai menghadap Presiden Joko Widodo bersama sejumlah menteri lain Kabinet Kerja, Jumat (10/2/2017).