Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menargetkan kerja sama RI-Australia dalam hal peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui pendidikan vokasi untuk meningkatkan daya saing industri domestik.
Menteri Perindustrian mengatakan usulan potensi kerja sama teknik tersebut pencapaiannya dijadwalkan selesai sebelum penandatanganan perjanjian Indonesia Autralia- Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Perundingan kelima IA-CEPA telah dilaksanakan pada 31 Oktober-4 November 2016 di Bandung. Sedangkan, perundingan keenam akan dilaksanakan di Australia pada Februari 2017.
“Selain mengangkat isu penurunan tarif gula dan kerja sama mengenai Indonesian Food Innovation Center, dalam perkembangannya yang juga menjadi early outcomes Kemenperin adalah vocational education and training di bidang industri,” katanya dalam keterangan pers, Rabu (7/12)
Dia berharap Australia dapat menyediakan beasiswa pendidikan master dan doktoral terutama bidang ilmu industri baik untuk masyarakat maupun aparatur pemerintah di Indonesia.
Selain pendidikan vokasi, Airlangga menyebutkan kerja sama tersbut juga meliputi peningkatan investasi di sektor industri pengolahan dan standardisasi mutu produk industri makanan
Kolaborasi ini diharapkan bisa mendorong produk industri ke pasar global, dengan Australia berperan menyediakan bahan baku yang berkualitas dan Indonesia sebagai manufacturing power house atau pusat pengolahan.
Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Steven Ciobomenjelaskan, kunjungan keduanya ke Indonesia tersebut untuk membangun momentum lebih lanjut dalam upaya menyelesaikan perjanjian IA-CEPA pada 2017.
Dengan populasi lebih dari 255 juta, termasuk kelas menengah yang mencapai 45 juta dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 135 juta pada 2030, Steven mengatakan skema IA-CEPA akan membantu eksportir Australia memasok kebutuhan Indonesia di bidang barang dan jasa termasuk sektor industri.
“Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat memberikan kesempatan yang menarik bagi eksportir Australia,” tuturnya.
Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Australia menunjukkan realisasi investasi hingga US$2,1 miliar terdiri dari investasi di sektor pertambangan, kimia dasar dan infrastruktur pada 2010-2015. Dari komitmen investasi, tercatat sebesar US$7,7 miliar dari sektor industri logam, properti dan sektor peternakan
Angka realisasi investasi pada triwulan I tahun 2016 dari Australia tercatat sebesar US$59,98 juta terdiri dari 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5.070 orang. Secara keseluruhan total investasi yang masuk triwulan pertama 2016 tercatat mencapai Rp146,5 triliun atau meningkat 17,6% dari periode sebelumnya sebesar Rp124,6 triliun.