Bisnis.com, MEDAN—Pemerintah Provinsi Aceh resmi menetapkan gempa bumi yang mengguncang sejumlah wilayah sebagai bencana darurat provinsi.
Plt Gubernur Aceh Soedarmo meminta seluruh SKPA (Satuan Kerja Perangkat Aceh) untuk turun membantu masyarakat.
Penetapan status tersebut dilakukan langsung setelah Soedarmo mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang, Aceh Besar, Rabu (7/12/2016). Status ini diputuskan dalam rapat bersama Forkopimda Aceh bersama SKPA. Rapat memutuskan untuk menetapkan penanganan 14 hari pertama usai gempa bumi.
Beberapa alasan ditetapkannya status tersebut di antaranya penanganan korban bencana, kerusakan sarana dan prasarana, dan gangguan fungsi layanan umum dan pemerintahan.
“Kami telah menunjuk Kepala BPBA [Badan Penanggulangan Bencana Aceh] sebagai komandan tanggap darurat. Kepala Dinas Kesehatan sebagai wakil komandan. Dinas Cipta Karya, Dinas Bina Marga, Dinas Sosial, BPBD, Basarnas, TNI dan Polri sebagai anggota pelaksana,” rinci Soedarmo, Rabu (7/12/2016) dalam siaran pers yang diterima Bisnis.
Dia menambahkan, pemprov telah mengirimkan segala kebutuhan bagi para korban. Pemprov Aceh juga telah menginstruksikan kepada SKPA terkait untuk melihat dan memenuhi langsung segala kebutuhan korban, seperti dapur umum, dan tenda penampungan.
“Dapur umum dan tenda penampungan juga kami telah perintahkan untuk didirikan di lokasi terdekat dengan warga. Melalui RSU Zainoel Abidin kami juga mengirimkan dokter bedah untuk memeriksa korban,” tambahnya.
Sementara itu, dia menjelaskan jika dintinjau dari kedalaman hipocenter, gempa yang melanda Pidie Jaya, Bireuen, dan Pidie serta beberapa daerah lainnya tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal dan dibangkitkan oleh aktivitas sesar mendatar. Dugaan kuat sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini yakni Sesar Samalanga-Sipopok Fault. Jalur sesar ini mengarah Barat Daya-Timur Laut.
“Kepala semua warga jangan panik, tapi tetap waspada dengan gempa susulan,” ucapnya lagi.
Berdasarkan laporan terbaru BNPB, pencarian korban yang terjebak reruntuhan bangunan masih terus dilakukan. Data sementara BPBD setempat mengonformasi 94 orang tewas, satu orang hilang, 128 orang luka berat, dan 489 luka ringan.
Kerugian materil di Pidie Jaya yakni 105 unit ruko roboh, beberapa tiang listrik roboh, beberapa ruas jalan rusak, 86 unit rumah roboh, 13 mesjid roboh, satu bangunan perbelanjaan roboh dan satu bangunan RSUD Pidie.
Sementara itu di Bireuen yang roboh yakni satu mesjid, satu bangunan kampus STAI Al-Azziziyah Mudi Mesra, 35 rumah, enam rumah kantor, dan satu kilang padi. Di Pidie 40 rumah roboh.